MAKASSARCHANNEL, MAROS – Ketua Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiayah Kabupaten Maros, H Amin Duddin LC menjadi khatib Hari Raya Iduladha 1444 Hijriyah di Halaman Masjid Ta’mirul Masajid Kabupaten Maros, Rabu (28/6/2023).
Kepada jamaah salat ied yang memadati halaman masjid tersebut Amin Duddin mengingatkan bahwa ibadah kurban yang dilkasanakan oleh umat islam setiap tahun adalah bentuk ikhtibar atau pengambilan pelajaran.
Amin Duddin mengatakan, setidaknya ada tiga pelajaran yang dapat diambil dari kisah Nabi Ibrahim AS bersama putranya Nabi Ismail, serta ritual penyembelihan hewan secara umum.
Pelajaran pertama tentang totalitas kepatuhan kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim mendapat ujian berat pada saat rasa bahagianya meliat-liat dengan kehadiran sang buah hati dalam keluarganya.
Allah hendak mengingatkan Nabi Ibrahim bahwa anak adalah titipan, anak adalah amanah, betapun mahalnya kita tidak boleh melengahkan kita bahwa hanya Allah lah tujuan akhir dari rasa cinta dan ketaatan.
Dalam peristiwa ini Nabi Ibrahim maupun Nabi Ismail betul-betul total dalam melaksanakan perintah Tuhannya tanpa menghiraukan segala hal yang dapat memalingkan keduanya dari panggilan Robnya.
Pelajaran kedua, tentang kemuliaan manusia. Di satu sisi, kita diingatkan untuk jangan menganggap mahal sesuatu yaitu untuk mempertahankan nilai-nilai ketuhanan, namun di sisi lain kita juga diimbau untuk tidak meremehkan nyawa dan darah manusia.
Tentang penggantian Nabi Ismail dengan domba besar adalah pesan nyata bahwa pengorbanan dalam bentuk tubuh manusia sebagaimana yang berlangsung dalam tradisi sekelompok pada zaman dahulu adalah sesuatu yang diharamkan dalam Islam.
Manusia dan manusia lainnya bersaudara, mereka dilahirkan dari satu bapak yakni Nabi Adam AS. Seluruh manusia ibarat satu tubuh yang diciptakan Allah dalam kemuliaan, karena itu membunuh atau menyakiti manusia ibarat membunuh atau menyakiti manusia secara keseluruhan. Larangan mengorbankan manusia sebetulnya penegesan kembali tentang luhurnya manusia di mata Islam, sehingga harus dijamin hak-haknya.
Pelajran ketiga adalah hakikat pengorbanan. Sedekah daging hewan kurban adalah simbol dari makna kurban yang sejatinya sangat luas meliputi pengorbanan dalam hidup, tenaga, pikiran harta benda, dan waktu.
Pengorbanan merupakan perwujudan dari kesadaran kita sebagai mahluk sosial. Bayangkan bila masing-masing manusia memenuhi ego dan kebutuhan sendiri tanpa peduli dengan kebutuhan orang lain, alangkah kacaunya kehidupan ini.
Orang mesti mengorbankan ego dan waktunya misalnya untuk ikut mengantre dalam sebuah loket penjualan tiket, bersedia menghentikan kendaraanya sejenak saat lampu lalu litas merah menyala.
“Keserakahan, hanya layak dimiliki oleh binatang. Di sinilah perlunya kita menyembelih ego kebinatangan kita untuk menggapai kedekatan kita kepada Allah SWT. Karena esensi kurban adalah solidaritas sesama dan ketulusan murni untuk mengharap rida Allah SWT,” kata Amin Duddin.
Jika Allah SWT memberi peringatan kepada umat yang akan datang termasuk kita, bahwa setiap orang harus sanggup mengorbankan diri, keluarga dan harta benda yang disayangi demi menegakkan perintah Allah. Inilah pernyataan yang bisa menyelamatkan Nabi Ibrahim beserta anaknya, Nabi Ismail merupakan satu titik kejadian yang dapat direnungi oleh seluruh manusia dari semua level usia dan latar belakang tingkat Pendidikan.
Dengan kata, lain semangat berkurban adalah tuntutan paling besar yag ada dalam kehidupan manusia baik dalam lingkungan keluarga masyarakat, agama bangsa dan negara.
Di bagian akhir hutbahnya, Amin mengajak jamaah memohon semoga Allah mengabulkan seluruh permohonan kita, memberi kita kesabaran dan keihlasan. Menguatkan kita untuk berperan penting dalam menciptakan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang diliputi oleh ampunan dan rida Allah SWT. (nal)