Jarak Dan Arak - Makassar Channel
BERITA TERKINIKOLOM

Jarak Dan Arak

25
×

Jarak Dan Arak

Sebarkan artikel ini

MENJELANG siang Jumat (24/9/2021), sejumlah penggiat literasi ngumpul di Kafe Baca Jl Adhyaksa No 2 Makassar. Mereka adalah, Syahril DaEng Nassa (penulis puisi Makassar), Ishakim Meneer (Pelukis), Idwar Anwar (Novelis), Mahrus Andis (Kritikus Sastra), M Amir Jaya (Cerpenis), Suradi Yasil (Novelis), dan Rusdy Embas (Wartawan).

Diskusi tersebut memilih topik Jarak, puisi karya Dr Suradi Yasil yang diciptakan sehari menjelang pertemuan di Kafe Baca Makassar.

Kritikus Sastra kelahiran Bulukumba, Mahrus Andis, yang menginisiasi pertemuan tersebut, menuliskan catatannya usai diskusi yang berlangsung hingga masuk waktu salat Asar.

Ini petikan puisi yang dikuliti dalam suasana santai khas kelompok penggiat literasi ini. Canda dan tawa mewarnai pertemuan itu:

Ketika kamu memutus hubungan
Maka jarak membuat kuburan” …

Jarak apa saja menyuburkan inspirasi
Aku syukuri jarak, jarak dan jarak
Yang kadang berubah jadi arak
…”

Puisi tersebut mendapat gempuran dari Ishakim dan Syahril DaEng Nassa, terutama dari aspek semantik.

“Kurang logis jika jarak tiba-tiba bisa menjadi arak. Harus ada
konjungsi yang merasionalisasi koherensi antar-makna keduanya,” kata Ishakim.

“Ya, itu terkesan sangat dipaksakan. Hanya karena pertimbangan ritme atau persamaan bunyi sehingga struktur dan makna semantik puisi menjadi rusak,” timpal DaEng Nassa, sedikit terbata-bata.

“Tapi itu wajar. Sebab jarak yang membuat seseorang kehilangan daya nalar akan mereduksi kesadaran akalnya menjadi seorang pemabuk. Pilihan kata arak pada puisi tersebut adalah kausaprima atas terjadinya jarak yang teramat sunyi di hati penyair. Baik itu jarak antar sesama, maupun jarak dengan Tuhan,” kunci Idwar Anwar.

Saya, M Amir Jaya, dan Rusdy Embas, hanya menyimak perdebatan diksional mereka.

Berikut puisi JARAK karya Suradi Yasil:

Kita dalam beribu jarak
menumbuhkan rindu
berbagai hasrat
bergumpal-gumpal duka
Ketika kamu memutus hubungan
Maka jarak membuat kuburan
tempat membenamkan
senang pedih percintaan
Gurih dan pahit
persahabatan
Maka sesekali aku berkata
dan merenunginya,
“Kamu memutus dengan jantung degup kencang
atau mungkin
datar-datar saja
Tapi terima kasih, ya Kekasih”
Kamu memberiku pengalaman duka yang indah mengiringi ciuman-ciuman
yang pernah kita sentuhkan ke pisikal kepada sukma
“itu terima kasih yang aneh,” katamu dari jarak jauh
“atas jarak yang kamu sumbangkan
jarak apa saja
menyuburkan inspirasi dan imajinasi
aku syukuri jarak, jarak, dan jarak
yang kadang berubah
jadi arak”
dalam jutaan jarak manusia bermasalah
jarak denotasi jarak konotasi.

*) Mahrus Andis, Kritikus Sastra, Mubalig, Novelis, mantan Birokrat di Pemerintahan Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *