Dengan Literasi Semua Jadi Mudah

“Mulai saja dulu dengan yang dimiliki agar lebih mudah melanjutkan,” katanya.

AKHIR pekan, Sabtu 2 Maret 2024 siang, Kafe Baca banjir duta. Pemicunya, Duta Baca Sulawesi Selatan Ramlah Rara.

Hadir Duta Lingkungan, Duta Pendidikan. Ada pula Putra dan Putri Sulawesi Selatan, serta duta lainnya. Mereka mengenakan selempang khasnya.

Bukan kebetulan jika banyak duta bertamu di Kafe Baca Jl Adhyaksa No 2 Makassar. Hari itu, Duta Baca Sulsel Ramlah Rara meluncurkan bukunya.

Peluncuran sekaligus diskusi buku Literasi Demokrasi, Duduk di Ruang Demokrasi itu dihadiri sejumlah pegiat literasi. Ada seniman, penulis, dan akademisi.

Tampil sebagai pemateri, Ketua Prodi Studi Agama-Agama FUFP UIN Alauddin Makassar Dr Muhammad Ridha, Koordinator Satupena Sulsel Rusdin Tompo.

Pegiat literasi dan penerima penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka dari Perpustakaan Nasional RI Bachtiar Adnan Kusuma juga hadir sebagai pemateri.

Termasuk pegiat literasi sekaligus founder Komunitas Anak Pelangi Rahman Rumaday dan serta Adi Akbar, politisi muda PKS Kota Makassar.

Acara yang dipandu Kabid Pendidikan dan Penelitian DPP HIPMA Gowa/ aktivis Pemuda Firdaus ini dihadiri sejumlah pegiat literasi.

Hadir antara lain, dramawan Yudhistira Sukatanya, perupa Is Hakim, pasanjak Mangkasarak Syahrir Patakaki Daeng Nasse, dan penulis Idwar Anwar.

Akademisi UIN Dr Fadli Andi Nasif, Pemimpin Redaksi Bugis Pos Arwan Rusli serta Pemimpin Redaksi Berita Kota Makassar Andi Rustan.

Duta Baca Sulawesi Selatan Ramlah Rara mengaku menulis buku karena mau mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran agar bisa dibaca banyak orang.

Akademisi UIN Alauddin Dr Muhammad Ridha menyebut, demokrasi masih bermasalah. Demokrasi katanya, belum memberi kesejahteraan buat rakyat.

Negara kecil yang tidak demokratis menurut Ridha justru kadang lebih sejahtera. Salah satu contohnya adalah, Singapura.

Dia juga menyebut tingkat literasi di suatu negara ditentukan oleh kesejahteraan di negara bersangkutan.

“Yang pasti, politik tanpa literasi omong kosong,” katanya.

Koordinator Satupena Sulsel Rusdi Tompo mengatakan, biasanya tahap awal akan menulis, seseorang masih bertanya mau menulis apa dan bagaimana memulainya.

Pada tahap berikutnya, menulis jadi kebiasaan. Jadi rutinitas. Bahkan, jadi hobi dan terbiasa menulis apa saja.

Tahap selanjutnya, menulis sebagai profesi. Ini pilihan dan jalan hidup, yang tak cuma menghasilkan tapi juga berpenghasilan dari pekerjaan menulis.

Di sini, penulis memasuki wilayah yang bsia menyasar apa saja sebagai objek tulisannya.

Menyasar ceruk segmen tertentu, melakukan diferensiasi, atau menjadi penulis generalis dengan insting pasar yang bagus.

Pada kasus tertentu, penyebutan penulis profesional diartikan ada label harga di situ. Walaupun karena jasanya bersifat personal maka tidak ada patokan angka pasti.

Pegiat literasi yang juga founder Komunitas Anak Pelangi Rahman Rumaday memberi tips menulis yang sederhana dan mudah .

“Mulai saja dulu dengan yang dimiliki agar lebih mudah melanjutkan,” katanya.

Dia juga menyinggung pentingnya kemandirian pola pikir, seperti yang dia terapkan dalam membina Komunitas Anak Pelangi.

Penerima Penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka dari Perpustakaan Nasional RI Bachtiar Adnan Kusuma menyoroti keluhan petugas perpustakaan yang menyebut kurang buku-buku sastra.

Dia juga menyinggung semangat dan keingian menggelorakan gerakan membaca, sementara di sisi lain dia sendiri tidak membaca.

Bahtiar mengatakan, gerakan membaca harus berjalan paralel dengan gerakan menulis. Dan perlu ada intervensi negara untuk menerbitkan sebuah karya / buku.

Dia juga menyebut, saat ini dibutuhkan pemimpin yang peduli literasi. Krena dengan literasi semuanya menjadi mudah.

Sementara calon anggota legislatif Partai Keadilan Sejahtera terpilih dapil mamarita DPRD Kota Makassar Adi Akbar berbagi tips sukses.

Adi Akbar yang berlatarbeakang pengusaha kuliner itu mengatakan, niat sangat menentukan hasil dari setiap usaha.

Dia menyarankan jangan mengedepankan keuntungan materi jika melakukan apapun. Tapi niatkan semuanya untuk melakukan kebaikan.

Terkait kemampuannya mendulang dukungan suara dalam pemilihan legislatif 2024, dia mengatakan itu merupakan hasil kerja berkesinambungan yang dilakukannya sejak lama.

Owner Rumah Makan Bone Tamparang itu mengapresiasi pegiat literasi sehingga mampu menghasilkan karya dalam bentuk buku.

Sejatinya, menulis bukan hanya sebagai untuk eksistensi diri tapi harus dilihat dari kebermanfaatannya.

Banyak hal yang bisa diungkap lewat tulisan. Menyampaikan sesuatu yang memang layak diperkenalkan melalui rangkaian diksi.

Dengan literasi semua menjadi mudah.***

*) Muhammad Rusdy Embas, Pemimpin Redaksi MAKASSARCHANNEL.COM

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *