Kita sering resah ketika melihat saudara seagama tidak berpuasa. Padahal, usianya matang, fisiknya kuat, dan bahkan akal-budinya sehat. Mungkin saat itu, hati kita menggerutu: “Betapa celaka dia. Ramadannya dibiarkan berlalu tanpa hikmah”.
Resah dan prihatin, bolehlah. Itu manusiawi. Tapi membingkai keresahan itu ke dalam sikap prihatin yang mengutuk, adalah sifat syaitaniah.
Saudara seagama kita, yang usianya matang, fisiknya kuat, dan bahkan akal-budinya sehat; sesungguhnya ia dalam sebuah masalah besar. Ia sakarat dengan penyakitnya. Paling tidak; imannya sedang sakit parah.
Mungkin kalian bilang: kok begitu ? Ya, begitulah. Rasulullah sendiri, dalam hadisnya, bersabda:
“Shuuumuuu tashihhuuu”, artinya, berpuasalah agar kalian sehat.
Dari hadis ini kita berkesimpulan, bahwa orang yang kita bahas tersebut terbingkai oleh penyakit kronis: imannya sedang tidak sehat. Karena itu, kita pun bertanggung jawab menolong mereka, mengajak ke jalan ketakwaan. ***
*) Mahrus Andis, Kritikus Sastra, Seniman, Mubalig, dan Budayawan, tinggal di Bulukumba