MENGENAKAN topi warna gelap, ayah dua anak itu membagikan pengalaman menulisnya kepada peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) Penulisan Artikel dan Pemanfaatan Situs Mandiri (Siman) tahun 2024.
Dengan suara baritonnya, tokoh pers Sulawesi Selatan versi Dewan Pers itu mengungkap beberapa kisah yang melatar belakangi tulisannya di Harian Pedoman Rakyat, ketika itu.
Di halaman koran bermotto Penegak Pancasila yang mulai terbit Sabtu, 1 Maret 1947 itu, mantan Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulawesi Selatan ini menuangkan beragam ide.
Tuturan kisah runtut pengalaman menulis pria kelahiran Bima, Nusa Tenggara Barat itu, seolah membungkam peserta Bimtek yang diselenggarakan oleh Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Sulawesi Selatan.
Karyawan BBGP Sulawesi Selatan beserta mitra kerjanya duduk manis di kursi berselimut warna abu-abu mendengar kisah sekira 40 menit.
Sesekali ada decak kagum dari audiens yang memadati Ballroom Hotel Karebosi Primier Makassar yang terletak di jantung Kota Anging Mammiri itu.
Di sela berbagi praktik baik, sulung 10 bersaudara dari pasangan Haji Abubakar H Yakub dan Hajja Hafsah Haji Abidin itu menyebut, nama wartawan juniornya sebagai klarifikasi atas pengakuan perjalanannya sebagai jurnalis di media yang oleh Guru Besar FISIP Unhas Prof Anwar Arifin sebagai Panggung Sulawesi Selatan itu.
Tuturan kisah perjalanan jurnalistik suami Hj Hana Abubakar itu banyak dituangkan dalam bentuk buku.
Puluhan buku lahir dari kepiawaiannya merangkai kata. Termasuk buku tentang kebiasaan unik mantan Wali Kota Makassar HM Daeng Patompo.
Mengenakan kaca mata berbingkai hitam, saudara sepupu mantan Ketua Mahkamah Konstitusi RI Hamdan Zoelva itu masih ingin melanjutkan kisahnya, namun dia harus memaksimalkan jatah waktu yang dialokasikan untuknya berbagi pengalaman menulis.
Aplaus peserta Bimbingan Teknis membahana dalam ruangan di lantai 11 hotal milik pengusaha papan atas Makassar, Bang Hasan, itu menandai sesi berbagi kisah harus berakhir dan berlanjut dengan tanya jawab, sebelum praktik penulisan artikel oleh peserta.
Kepala Balai Besar Guru Penggerak Sulawesi Selatan Dr Arman Agung MPd yang menjadi penanya pertama, sempat melakukan “protes” kepada mantan Pemimpin Redaksi Harian Pedoman Rakyat Makassar itu.
“Saya bukan kepala balai di sini, tetapi peserta,” kara Arman Agung dengan senyum khasnya.
Arman Agung menyoroti penulisan kata “berbagai BBGP Sulsel” kurang tepat karena hanya satu BBGP Sulsel di daerah ini.
Merespons itu, kakek dari enam cucu ini, tersenyum dan mengakui bahwa data itu memang kurang akurat. Penyebabnya, karena dia tidak melakukan klarifikasi kepada pemberi informasi awal.
Kepiawaian pria bernama lengkap Dr HM Dahlan Abubakar MHum ini merangkai kata menuangkan ide tidak terjadi secara instan. Dia butuh waktu puluhan tahun untuk menggapai itu.
Dia melalui perjalanan panjang sehingga bisa menyandang tokoh pers Sulawesi Selatan yang disematkan oleh PWI Pusat. Sebuah status yang tak semua wartawan senior bisa menyandangnya.
Kak Dahlan, sapaan akrab juniornya di sejumlah media, menapaki karir jurnalistiknya ketika menjadi wartawan Koran Kampus Identitas Unhas tahun 1975.
Setahun kemudian, Kak Dahlan yang semasa mudanya berambut gondrong itu menjadi wartawan sesungguhnya saat bergabung dengan Harian Pedoman Rakyat Makassar.
Di waktu yang sama, dia merangkap sebagai koresponden Harian Suara Karya Jakarta untuk wilayah Sulawesi Selatan.
Menjadi jurnalis di tiga media berbeda di waktu yang sama, menyebabkan kuliahnya tersendat, kalau tak ingin disebut berantakan setelah meraih gelar Bachelor of Arts (BA) di Fakultas Sastra Unhas, Januari 1976.
Kehebatan menulis Dahlan mendapat apresiasi banyak pihak. Dia meraih juara pertama Lomba Karya Tulis Media Cetak se Indonesia pada tahun 1989.
Setahun kemudian (1990) dia memenangkan Lomba Karya Tulis antarwartawan se-Indonesia yang diselenggarakan oleh PWI bekerja sama dengan BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana) bertepatan dengan Hari Pers Nasional yang ketika itu dipusatkan di Makassar.
Setelah itu belasan predikat juara dia sabet dalam berbagai lomba karya tulis di Sulawesi Selatan, medio 1980 hingga 2013.
Terakhir, Dahlan menyabet juara pertama tingkat Sulawesi Selatan Lomba Nasional Penulisan Otonomi Daerah yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pemerintah Kabupaten / Kota di Indonesia.
Di penghujung acara, Dahlan membedah tiga tulisan peserta Bimtek yang diagendakan berlangsung empat hari itu.
Dahlan menyampaikan sejumlah masukan terkait artikel karya peserta Bimtek, Minggu, 29 Desember 2024. Termasuk bijaksana menggunakan kecerdasan intelektual buatan.
So … Menulis Itu Mudah. Syaratnya, berani memulai, meski hanya berangkat dari ide sederhana. **
*) Muhammad Rusdy Embas, Pemimpin Redaksi MAKASSARCHANNEL.COM