LURAH Maccini Sombala, Saddam Musma, menggagas pertemuan dalam kemasan Tudang Sipulung di Baruga Amalia, Jumat (27/1/2023). Lima penulis berlatarbelakang berbeda menjadi pembicara di acara tersebut.
Pembicara yang hadir dalam urun rembuk itu adalah; Direktur JOIN (Jurnalis Media Online Sulsel) Zulkarnain Hamson, akademisi UIN Fadli Andi Natsif, Koordinator Penulis Satu Pena Sulawesi Selatan Rusdin Tompo, dan Ketua Prodi Magister Rekayasa Infrastruktur dan Lingkungan Universitas Fajar, Sri Gusty.
Perbincangan dimoderatori oleh Founder Komunitas Anak Pelangi (K-Apel) yang juga penulis buku, Maharku : Pedang dan kain Kafan.
Bang Maman, demikian sapaan pria berkacata mata ini memandu acara dengan gaya khasnya sehingga tak terasa waktu sudah habis.
Lurah Maccini Sombala Saddam Musma berharap, tudang sipulung penulis dan warga itu bisa mewujudkan literasi budaya dan kewargaan di Kelurahan Maccini Sombala.
Saddam Musma mengakui, 25.000 penduduk di kelurahan tersebut masih minim literasi. Inilah yang akan ditumbuhkembangkan oleh warga dengan memanfaatkan perpustakaan yang terletak di salah satu sudut baruga tersebut.
Untuk memberdayakan warga lorong, Lurah Maccini Sombala mengaku akan meneken kesepahaman dengan pihak lain. Dia juga ingin menciptakan cerdas ibadah. Caranya, mengubah mind set yang selama ini tertanam kuat. Menyempurnakan fungsi masjid yang biasanya hanya digunakan untuk salat, menjadi tempat Tudang Sipulung warga. Untuk itu akan dilengkapi fasilitas Wi – Fi gratis.
Saddam Musma mengklaim meski sudah banyak program yang telah dilakukan, masih banyak agenda lainnya akan segera diwujudkan. Semua dilakukan tanpa rasa lelah.
Sebuah kutipan menjadi salah satu filosofinya dalam bekerja. Jangan tanya apa yang diberikan oleh negara, tapi tanya apa yang telah kalian berikan kepada negara.
Sementara itu, akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makasar, Dr Fadli Andi Nasif, mengatakan, bicara tentang literasi warga maka itu berarti membincangkan dan memahami bagaimana warga memenuhi hak dan kewajibannya kepada pemerintah.
Bahkan, Fadli menyebut, literasi yang dibahas dalam kemasan Tudang Sipulung itu sebagai perintah agama. Artinya, pertemuan ini punya landasan spiritual dan religius di dalamnya. Itu karena literasi terkait kemampuan membaca dan menulis serta merespons yang terjadi dalam masyarakat.
Dia berpesan agar media teknologi digunakan secara bijaksana. Inilah pentingnya membaca semua informasi sebelum disebarkan agar bermanfaat buat warga. Setiap orang hendaknya tidak terlalu mendewakan android. Sebab internet sesungguhnya mendangkalkan kecerdasan seseorang. Mendangkalkan akal pikiran jika tidak bijaksana memanfaatkannya.
“Mari kembali mencintai buku sebagai referensi untuk menjalani kehidupan,” ajak Fadli.
Direktur JOIN Sulsel, Zulkarnain Hamson, mengingatkan rasa sipakatau sudah pudar. Itu tidak hanya terjadi di masyarakat urban perkotaan. Tetapi di desa nun jauh dari hikuk – pikuk kebisingan juga sudah terjadi. Padahal, warga di kampung selama ini telaten menjaga dan memegang adat istiadat. Mereka hidup memelihara adat.
“Tetapi sekarang, hilang mi pangadakanga. Hilang pula rasa sipakatu. Kita berharap, Maccini Sombala ini menjadi kelurahan yang paling manusiawi,” kata Bang Zul, sapaan akab Zulkarnain Hamson.
Dia memaparkan sebuah fakta yang menyayat hati terjadi di sebuah desa yang menunjukkan kepekaan sosial sudah nyaris hilang. Ada kegagalan warga mengurusi orang tua sekitarnya yang sesungguhnya butuh perhatian.
Terkait literasi ini, Koordinator Satupena Sulawesi Selatan, Rusdin Tompo, mengatakan, “Dengan menulis berarti ada perhatian. Ada ekspresi yang disampaikan melalui tulisan. Kegiatan ini harus berdampak kepada masyarakat lain.”
Sesederhana apapun pemikiran seseorang katanya, kegiatannya akan berjejek dalam bentuk konten kreatif. Esensi inilah yang ingin dihadirkan dalam tudang silulung ini.
Dia menyebut dokumentasi sangat penting dan Kelurahan Maccini Sombala bisa menjadi pionir untuk mengaktualisasikan kembali nilai-nilai budaya Sulsel. Dalam kaitan ini, perlu ditanamkan bahwa warga memahami dan berkontribusi dan ikut tanggung jawab memajukan Maccini Sombala.
“Pendekatan partisipatif ini baik dan bisa dibuat forum yang lebih kecil untuk membuat gagasan. Dan menjadi dokumen yang bisa menginspirasi orang lain. Dokumentasi sangat penting,” katanya.
Ketua Prodi Magister Rekayasa Infrastruktur dan Lingkungan Universitas Fajar, Sri Gusty, mengatakan, “Kita berada di era kekhawatiran literasi yang parah.”
Dia bahkan mengatakan, krisis literasi terjadi juga di dunia pendidikan. Salah satu contohnya adalah, referensi yang digunakan dalam karya ilmiah tidak lagi mengandalkan buku, tetapi sudah bergeser kepada google.
Sri Gusty mengatakan, layak dipertimbangkan mengadakan semacam Musrenbang Literasi untuk membahas bagaimana membangun sinergitas semua pemangku kepentingan untuk mengembangkan potensi masyarakat.
Dia merujuk Jepang sebagai negara dengan literasi terbaik di dunia. Di negara Matahari Terbit itu, riview buku banyak dilakukan oleh murid sekolah dasar. Penanaman literasi dilakukan sejak dini.
Ajang ini makin menarik setelah kritikus sastra, Andi Mahrus, berbagi cerita. Dia menyebut literasi sangat penting di semua bidang. Banyak kegiatan yang gagal karena mereka kurang literasi. Disposisi keliru seorng pejabat misalnya akan membuat implementasi kebijakan juga gagal dilakukan.
Seniman yang juga budayawan ini mengapresiasi Lurah Maccini Sombala yang menggelar Tudang Sipulung dengan melibatkan penulis dan warga. Menggagas program literasi bagi warganya.
“Saya pikir, ini luar biasa. Seorang pejabat level lurah ternyata cukup sensitif
memikirkan program literasi bagi warganya,” kata Andi Mahrus yang saat Tudang Sipulung duduk di sebelah barat Baruga Amalia.
Andi Mahrus melanjutkan, “Sekali lagi, ini luar biasa. Sebuah forum kelurahan mampu menghadirkan pembicara level nasional, hanya dengan modal gagasan inspiratif dan keakraban literatif seorang Lurah.”
Penulis puluhan buku ini, memanfaatkan momen tersebut, untuk menyumbangkan sejumlah buku karyanya untuk memperkaya koleksi perpustakaan di Baruga Amalia itu. Buku tersebut berkisah tentang pengalaman literasinya di dunia birokrasi.
Andi Mahrus menyebut literasi sangat penting sehingga dibutuhkan dalam semua bidang kehudpan, termasuk di lingkungan birokrasi pemerintahan.
“Bahkan, satu disposisi kecil dari pimpinan mampu menggagalkan program kebijakan yang besar jika tidak didasari kajian literasi yang cerdas. Karena itu, pejabat dan seluruh aparatur, harus mengasah otak serta hatinya melalui kegiatan literasi, seperti yang dirintis oleh Lurah Maccini Sombala ini,” katanya.
Perbanyak melatih kemampuan membaca, memahami, dan berusaha berkoneksi agar masyarakat tetap aman. Sebarkan gagasan kreatif untuk kepentingan masyarakat. Saatnya mewujudkan Maccini Sombala yang terbaik. ***
*) Muhammad Rusdy Embas, Pemimpin Redaksi MAKASSARCHANNEL.COM