Catatan Dari PKM Pascasarjana Magister Manajemen UIT Di Bajeng Gowa - Makassar Channel
BERITA TERKINIKOLOM

Catatan Dari PKM Pascasarjana Magister Manajemen UIT Di Bajeng Gowa

28
×

Catatan Dari PKM Pascasarjana Magister Manajemen UIT Di Bajeng Gowa

Sebarkan artikel ini

AKHIR pekan di awal September 2023, mahasiswa Program Pascasarjana Magister Manajemen Angkatan 2022/2023 Universitas Indonesia Timur (UIT) Makassar berkumpul di Aula Rumah Makan Limbung Mas Indah, Jl Muhammadiyah, Limbung, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Di aula berukuran sederhana itu, mereka menggelar diskusi dalam rangka Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), salah satu dari tiga pilar Tridharma Perguruan Tinggi. Topiknya cukup menarik, Peran Penting Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) Dalam Menggerakkan Ekonomi Desa.

Hadir dalam kegiatan tersebut: Rektor UIT Dr Abd Rahman SPt SE Msi dan Wakil Rektor Dr Arjang ST MT MM, Direktur Pascasarjana UIT Prof Dr Wahid Wahab MSc, serta Ketua Program Studi Magister Manajemen Dr Nisma Iriani SE MSi.

Hadir pula sejumlah dosen pengampu mata kuliah Program Magister Manajemen UIT seperti; Dr Rostini SE Msi, Dr Syahribulan SE Msi, Dr Mardia SP Msi, dan Dr Syurwana SE MM.

Karena topiknya tentang Bumdes, maka belasan pengelola Bumdes Kecamatan Bajeng hadir di aula itu. Mereka berbagi cerita suka dan duka mengelola badan usaha milik desa, pada pertemuan yang berlangsung, Sabtu, September 2023.

Sesi diskusi yang dipandu mahasiswi PPS Magister Manajemen UIT Makassar Sadriana SPdi yang juga tenaga pengajar SMAN 5 Makassar itu, berlangsung dinamis. Bahkan, diwarnai curhat pengelola menghadapi dinamika usaha yang dikelola Bumdes.

Harapannya, ungkapan isi hati mereka itu bisa mencapai sasaran karena di acara itu hadir Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Desa, Zainal Abidin, mewakili Camat Bajeng.

Meski hanya tiga pengelola Bumdes yang aktif dalam diskusi, sepertinya ungkapan hati mereka selaras dengan utusan Bumdes lainnya. Merasa belum merdeka mengelola Bumdes untuk berkembang lebih jauh sebagai usaha bisnis mandiri yang bebas dari intervensi.

Mencermati curahan hati mereka, seolah mengingatkan lagi, suka-duka mengelola Koperasi Unit Desa (KUD) di rezim sebelumnya. Koperasi seperti harapan Bung Hatta untuk menjadikannya soko guru perekonomian nasional, seolah jauh panggang dari api.

Bahkan, muncul plesetan miris yang kurang nyaman tentang akronim KUD sebagai Ketua Untung Duluan. Ada juga plesetan koperasi pinjam terus. Termasuk kospin bermasalah yang hanya menabur berlaksa janji-janji manis.

Rektor Universitas Indonesia Timur Dr Abd Rahman SPt SE Msi mengingatkan betapa urgennya mengelola dana desa untuk kepentingan warga desa. Termasuk mengembangkan Bumdes menjadi salah satu wadah untuk mensejahterakan ekonomi warga desa.

Doktor Abd Rahman menyinggung pengalaman lembaga ekonomi desa yang sudah hadir lebih dulu, KUD, yang dalam perkembangannya, lembaga tersebut gagal menjadi soko guru perekonomian negeri ini seperti harapan Bapak Koperasi, Bung Hatta.

Tentu saja mengapung harapan besar, Bumdes ini bisa tumbuh menjadi soko guru perekonomian nasional. Syaratnya, tentu saja harus dikelola oleh orang kompeten dan merdeka berkreasi, bebas dari tekanan dan kepentingan pribadi pemimpin setempat.

Potensi desa sangat besar sejak munculnya kucuran dana desa dari pemerintah pusat sejatinya menjadi salah satu lahan subur bagi tumbuhnya Bumdes menjadi tuan di desa sendiri. Untuk mncapai itu, pengelola harus cerdas bermanuver memanfaatkan setiap ruang dan waktu memajukan unit usaha yang dikelolanya.

Memandirikan Bumdes sebenarnya tidaklah sulit. Apatah lagi, lembaga ekonomi memiliki payung hukum yang sangat kuat untuk mengatur pendirian dan operasionalnya. Mulai dari undang-undang, keputusan menteri, hingga peraturan pemerintah.

Ketua Program Stuid Magister Manajemen UIT Dr Nisma Iriani mengaku memilih Bumdes sebagai topik dalam PKM tersebut karena dinilai stragetis dan penting dalam gerakan perekonomian desa.

Dia mengatakan, banyak potensi desa yang bisa dikembangkan oleh Bundes, termasuk pariwisata. Jika badan usaha skala desa ini terus berkembang, maka urbanisasi bisa ditekan secara maksimal. Anak muda yang telah menyelesaikan pendidikan formalnya, di ibu kota provinsi misalnya lebih tertarik pulang kampung membangun daerahnya dengan memaksimalkan potensi desa.

Terkait pengembangan Bumdes ke depan, mahasiswa Program Pascasarjana Magister Manajemen memberi sejumlah rekomendasi, yakni; perlu partisipasi aktif masyarakat, melakukan diversifikasi usaha sesuai pontensi yang dimiliki, perlu pendampingan, dan dukungan pemerintah daerah.

Yang tak kalah pentingnya adalah pengelolaan keuangan secara profesional, aktif berinovasi serta memahami kebutuhan masyarakat setempat.***

*)Muhammad Rusdy Embas, Pemimpin Redaksi MAKASSARCHANNEL.COM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *