MAKASSARCHANNEL.COM – Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Fadli Zon, mengklaim petahana Jokowi sudah kalah di Pilpres 2019. Itu didasarkan pada data elektabilitas Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat maju sebagai petahana pada Pilpres 2009.
Menurut Fadli, elektabilitas Jokowi saat ini bahkan tak menyentuh angka 60 persen. Sementara elektabilitas SBY saat maju sebagai petahana berada di atas 60 persen.
“Inilah yang terjadi sekarang. Petahana memulai elektabilitasnya di angka yang sangat kecil, 52 persen. Sebetulnya dia (Jokowi) sudah kalah,” klaim Fadli, ditemui di Seknas Prabowo-Sandi, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (12/2/2019).
Baca Juga :
Bansos Nontunai Ganggu Keuangan Pos Indonesia
Dukungan Warga Untuk Isradi Zainal Terus Mengalir
Setelah empat bulan masa kampanye, lanjut Fadli, elektabilitas Jokowi tak meningkat sama sekali. Bahkan cenderung menurun yang menunjukkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Sebab, tak ada capaian konkret selama Jokowi empat tahun menjabat.
“Jadi artinya tidak ada capaian yang membuat rakyat ini menambah atau mengokohkan pilihannya,” kata Fadli dilansir CNNIndonesia.com.
Fadli juga menyebut tak ada persiapan khusus yang dilakukan Prabowo dalam menghadapi Jokowi di debat kedua Pilpres.
Prabowo katanya, hanya akan menyampaikan fakta dan data terkait tema debat yang mencangkup Infrastruktur, Lingkungan Hidup, Sumber Daya Alam, Air, Energi, dan Ketahanan Pangan.
Lagi pula kata dia, isu-isu tersebut sudah sepenuhnya dikuasai Prabowo.
“Soal pangan, kan lama Bapak ngurus pangan, infrastruktur semuanya paham, dia juga sudah menulis buku,” katanya.
Baca Juga :
Pos Logistics Indonesia Akan Melantai di BEI
Elektabilitas Jokowi saat ini bahkan tak menyentuh angka 60 persen. Sementara elektabilitas SBY saat maju sebagai petahana berada di atas 60 persen.
Sebelumnya, Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyebut perbandingan elektabilitas Jokowi dengan SBY saat sama-sama maju sebagai petahana harus didasarkan kesamaan jumlah kompetitor.
Menurutnya, lembaga survei kerap menyimulasikan perhitungan dengan jumlah kandidat lebih dari satu. Hal itu menyebabkan terbaginya angka-angka elektabilitas ke sejumlah pihak, tak cuma kepada dua calon yang berkompetisi di Pilpres.
“Kalau orang mengatakan perbandingan elektabilitas SBY 2007-2008 dan Jokowi 2017, simulasi dua kandidat, kadang lembaga survei suka nakal dibikin 3 atau 10, ya enggak ketemu,” kata Luhut di kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (8/4/2018).
“Kita bikin dua ya posisinya; Presiden Joko Widodo 64 persen pada waktu yang lalu, Presiden SBY 50 persen. Artinya Presiden Joko Widodo leading,” ia menambahkan. (asa)