Ia menjelaskan, Soekarno, menulis buku berjudul Di Bawah Bendera Revolusi yang pada intinya pandagan dan pemikiran Soekarno sangat terpengaruh oleh paham Marxisme, terdorong rasa keprihatinannya akan nasib sebagian besar rakyat Indonesia yang adalah kaum proletar dan buruh jajahan asing dan kaum kapitalis.
Sedangkan, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur justru Presiden yang dianggap paling kontroversial karena mengusulkan pencabutan TAP MPRS No. XXV/1966 mengenai pelarangan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan pelarangan penyebaran ajaran Marxisme/Leninisme serta komunisme di Indonesia.
Terakhir, Saya sependapat dengan pemikiran Roy Murtadho dalam akhir tulisanya tentang Iqra: Perintah Membaca dan Phobia Komunisme.
Baca Juga :
Siswi SMP Melahirkan, Pacar Minta Tes DNA
“Harusnya kita sebaga warga negara melihat pemikiran apapun. Demikian juga paham-paham ataupun ideologi sebagai hasil eksperimen pemikiran dan praktik politik,” katanya.
Ia mengatakan, haruslah diletakkan secara objektif sebagai pengetahuan yang wajib dipelajari sebelum menerima atau menolaknya.
“Yang mengecewakan adalah ketika ada anjuran untuk menjauhi pemikiran tertentu, bahkan memusuhi pemikiran tertentu tanpa mereka tahu apa isi dan kandungan yang mereka musuhi. Tanpa aktivitas Ilmiah, maka warga negara hanya sekadar kumpulan masyarakat impulsif dan histeria,” katanya. (din)