Guru Perlu Pahami Murid

“Jadi saya diangkat menjadi kepala sekolah di SDN 6 Lancirang tahun 2023. Padahal belum setahun jadi guru penggerak,” kata Ika tersenyum.

BELUM genap setahun berstatus sebagai guru penggerak, Ika Pradita sudah dipromosi menjadi kepala sekolah di SDN 6 Lancirang, Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan.

Perempuan yang akrab disapa Ika ini mengaku, surprise mendapat promosi sebagai kepala sekolah secepat itu. Dia dipromosi jadi kepala sekolah tahun 2023.

“Tak menduga kalau akan mendapat promosi secepat itu,” kata Ika Pradita, di sela kesibukannya sebagai Pengajar Praktik pada Lokakarya Calon Guru Penggerak Angkatan 9 Sidenreng Rappang, belum lama ini.

Ika berkisah, ketika itu, sebagai guru penggerak angkatan 3 di SDN 6 Arawa, Kecamatan Watangpulu, Sidenreng Rappang, tiba-tiba mendapat kabar jika dia dipromosi menjadi kepala sekolah.

Lulusan Universitas Negeri Makassar tahun 2014 ini mengaku, dipromosi untuk mengisi kekosongan posisi kepala sekolah di SDN 6 Lancirang Sidenreng Rappang.

“Jadi, saya diangkat sebagai kepala sekolah di SDN 6 Lancirang tahun 2023. Padahal belum setahun jadi guru penggerak,” kata Ika tersenyum.

Perbincangan seputar tanggung jawab Guru Penggerak dengan Ika mengalir lancar. Meski waktu wawancara hanya sekira 15 menit, banyak informasi yang dia bagikan.

Tingkatkan Kapasitas Guru

Ika tak butuh waktu lama untuk menjawab beberapa pertanyaan pemantik terkait pengalaman dan harapannya sebagai guru penggerak yang diberi amanah menjadi kepala sekolah di usia yang masih relatif muda.

Ketika diangkat menjadi kepala sekolah di SDN 6 Lancirang, tahun lalu, Ika berusia sekira 30-an tahun.

Ketika masih di sekolah asalnya, SDN 6 Arawa, Ika mengaku selalu dimotivasi oleh kepala sekolah untuk membantu meningkatkan kapasitas guru.

Setelah menjadi guru penggerak, Ika lebih sering berkomunikasi dengan teman sejawat dan kepala sekolah dibanding sebelumnya.

Dia juga mengatakan, Komunitas Guru Penggerak Sidenreng Rappang terbentuk mulai angkatan 3. Mereka langsung membuat agenda program kerja terkait pengembangan kompetensi guru.

Tentang pengalamannya menangani murid yang butuh perhatian khusus, Ika mengaku semua berjalan normal karena dia mampu menikmati pekerjaannya sebagai pendidik.

Setelah menjadi guru penggerak dia menjadi lebih peduli dalam banyak hal terkait tupoksinya sebagai guru.

“Setiap peserta didik perlu sentuhan khusus,” katanya.

Sebagai guru, Ika berupaya memahami muridnya.

Kalau murid sudah paham esensi untuk apa mereka belajar, maka semuanya menjadi mudah. Tidak ada siswa yang bermasalah.

Untuk mengatasi murid “bermasalah”, Ika melakukannya di luar jam belajar. Intinya, guru perlu pahami murid.

Itu karena peserta didik yang bermasalah biasanya ingin dipahami cara berpikir dan tindakannya.

Praktik Lapangan

Ika mengaku, pengalaman saat praktik lapangan di SD YPS Singkole Sorowako, Luwu Timur memberi pemahaman tersendiri, tentang cara mendekati siswa. Setiap peserta didik berbeda karakter.

Dengan kemampuan melakukan manajemen waktu dalam mendrive tupoksi sebagai guru, menurut Ika, menjadi masuk akal jika guru penggerak diberi amanah sebagai kepala sekolah.

Tentang rekan sejawat yang belum lulus menjadi guru penggerak, Ika mengatakan, itu soal kesempatan saja, karena kuota setiap angkatan terbatas.

Dia menyarankan, karena kemampuan setiap guru berbeda maka perlu dilakukan pendampingan, khususnya dalam mengimplementasikan Platform Merdeka Mengajar untuk meningkatkan kompetensi pendidik.***

*) Muhammad Rusdy Embas, Pemimpin Redaksi MAKASSARCHANNEL.COM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *