Diskusi buku Skenario Film Ati Raja yang diadakan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sulawesi Selatan. (Foto : Dok Rusdin Tompo)
MAKASSARCHANNEL.COM – Pemutaran film Ati Raja, yang tayang sejak 7 November 2019, di berbagai bioskop di Makassar dan sejumlah daerah di Indonesia, dinilai tepat. Karena bertepatan dengan Hari Pahlawan dan kado bagi hari jadi ke-412 Kota Makassar.
Hal ini mengemuka dalam peluncuran dan diskusi buku Skenario Film Ati Raja yang diadakan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sulsel. Buku Skenario Film Ati Raja ini naskah ceritanya ditulis oleh Shaifuddin Bahrum dan skenarionya digarap oleh duo Ancoe Amar dan Yudhistira Sukatanya.
“Film ini berkisah bukan hanya tentang sosok seniman peranakan Tionghoa tapi juga tentang toleransi, akulturasi, nasionalisme, dan nilai-nilai budaya Bugis-Makassar,” papar Shaifuddin Bahrum yang dikenal sebagai peneliti dan penulis kebudayaan Tionghoa.
Acara dibuka dengan lagu Ati Raja yang dibawakan dengan merdu oleh Moh. Hasan Sijaya, SH, MH, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sulsel. Usai bernyanyi, Hasan Sijaya menyampaikan bahwa ia akan membawa buku Skenario Film Ati Raja dan film Ati Raja untuk didiskusikan pada forum yang lebih besar di Perpustakaan Nasional RI.
Baca Juga :
Messi Hattrick, Hajar Celta Vigo 4-1
Yudhistira Sukatanya yang juga tampil sebagai pembicara dalam acara itu menyampaikan, bahwa ini buku skenario film pertama yang terbit di Sulsel. Pria yang punya aktivitas sebagai penulis, sutradara, pemain teater, dan dosen ini berharap kehadiran buku ini akan menjadi tradisi baru bagi sineas dan insan perfilman di Sulsel untuk membukukan skenario film mereka. Buku Skenario Film Ati Raja ini diterbitkan oleh Penerbit Garis Khatulistiwa, Makassar.
Judul film biopik ini diambil dari salah satu karya ikonik Ho Eng Dji, Ati Raja. Sepanjang hidupnya, lelaki kelahiran Kassi Kebo, Maros, tahun 1906 ini juga menciptakan sejumlah lagu terkenal lainnya, seperti Sailong, Dendang-dendang, dan Pasianteng. Film drama romantis dengan latar sejarah ini diproduksi oleh Rumah Produksi 786 dan Persaudaraan Peranakan Tionghoa Makassar (P2TM).