10 Penyakit Paling Dominan Di Tomoni Timur - Makassar Channel
BERITA TERKINIPOLKUMHAM

10 Penyakit Paling Dominan Di Tomoni Timur

7
×

10 Penyakit Paling Dominan Di Tomoni Timur

Sebarkan artikel ini
Kepala Puskesmas Tomoni Timur Ni Luh Gd Sumardani ungkap 10 penyakit paling dominan di Tomoni Timur, Luwu Timur.

MAKASSARCHANNEL, TOMONI TIMUR LUTIM – Kepala Puskesmas Tomoni Timur Ni Luh Gd Sumardani ungkap 10 penyakit paling dominan di Tomoni Timur, Luwu Timur.

Sepuluh penyakit dominan periode Januari 2025 di Tomoni Timur, Luwu Timur menurut Ni Luh Gd Sumardania adalah; peradangan pulpa gigi 106 kasus.

Menyusul cephalgia (93 kasus), febris (73 kasus), batuk (71 kasus), serta hipertensi (HT) dengan 59 kasus.

Berikut, infeksi saluran pernapasan akut 18 kasus, diabetes melitus 24 kasus, rematoid artritis 58 kasus, dermatitis 55 kasus, dan dispepsia 45 kasus.

Kepala Puskesmas Tomoni Timur, mengungkapkan informasi itu dalam Lokakarya Mini Lintas Sektor bidang Kesehatan, Selasa, 18 Februari 2025.

Camat Tomoni Timur, Yulius, membuka acara yang berlangsung di aula kantor setempat. Hadir berbagai pemangku kepentingan di kecamatan tersebut.

Tingkat Stunting Masih Tinggi

Selain penyakit umum, persoalan gizi balita di Kecamatan Tomoni Timur juga menjadi sorotan. Terdapat 54 kasus stunting, 25 wasting, dan 64 underweight.

Desa dengan angka stunting tertinggi selama januari 2025 adalah Purwosari dan Margomulyo, masing-masing dengan 13 kasus.

Penyebabnya beragam, mulai dari Down Syndrome, kelainan hormon pertumbuhan, pola asuh yang kurang baik, hingga kebiasaan merokok di lingkungan keluarga.

Faktor lainnya meliputi bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), infeksi berulang, jarak kelahiran yang terlalu dekat, hingga lingkungan yang kurang bersih.

Waspada Tetanus

Di momen itu, Ni Luh Gd Sumardania mengingatkan masyarakat agar tidak menyepelekan tetanus.

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clostridium tetani, yang menginfeksi tubuh melalui luka terbuka.

Gejala yang paling umum adalah kejang dan kekakuan pada rahang, yang biasanya muncul dalam 7-21 hari setelah infeksi.

“Jika mengalami luka, segera bersihkan dengan air mengalir, beri antibiotik, dan secepatnya kunjungi fasilitas kesehatan terdekat,” saran Ni Luh.

Kasus TB Paru

Kasus tuberkulosis paru juga menjadi perhatian di Tomoni Timur. Sepanjang Januari 2025, terdapat enam kasus baru di beberapa desa.

Di Pattengko 2 kasus, Manunggal (2 kasus), dan Margomulyo (2 kasus).

Beberapa kasus dari tahun 2024 yang masih dalam tahap pengobatan tercatat di Purwosari (2 orang), Kertoraharjo (1 orang), dan Manunggal (2 orang).

Perlu Peran Lintas Sektor

Untuk menekan angka penyakit dan permasalahan kesehatan di Tomoni Timur, Kepala PKM Tomoni Timur mengatakan perlu kerja sama lintas sektor, terutama dalam kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam posyandu, serta pemantauan pertumbuhan anak melalui PKG dan GHPR.

Selain itu, imunisasi HPV juga menjadi fokus dengan mendata remaja 15 tahun yang putus sekolah agar tetap mendapatkan vaksin.

Skrining penyakit tidak menular (PTM) pun harus bisa berlangsung minimal satu kali dalam setahun bagi seluruh masyarakat sebagai bagian dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) di bidang kesehatan.

Warga yang baru datang dari daerah endemis malaria seperti Kalimantan dan Papua juga harus melapor ke fasilitas kesehatan agar dapat menjalani skrining malaria demi mencegah penyebaran penyakit tersebut. (yus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *