Sejuta Pesona Alam di Bumi Panrita Lopi

Hal pertama yang kami tanyakan kepada Bohe Amma adalah pandangannya tentang banyaknya bencana alam yang menimpa akhir-akhir ini yang dijawab oleh Amma dalam bahasa Konjo.

“Gempaya, banjiria, na sunamiya rie i, gara-gara lohe mi tau ri linoa tala lambusui. Iya mi intu pa’bissa na kampongnga punna lohe mi tau anggaukan nu na laranga agama”.

Terjemahan bebasnya, “Gempa, banjir, dan tsunami terjadi, karena banyak manusia yang sudah tidak jujur dan gemar berbuat dosa. Dan itulah yang membersihkan kampung sebagai peringatan bagi mereka yang suka berbuat sesuatu yang dilarang oleh agama.”

Baca Juga :
Pesawat Sukhoi Superjet-100 Terbakar, 41 Tewas

Obrolan berjalan dengan baik selama satu jam lebih. Banyak yang kami tanyakan, termasuk apakah agama yang dianut penduduk Suku Kajang yang dijawab oleh Ammatoa bahwa mereka sudah memeluk agama Islam dan akan memulai puasa tahun ini, tanggal 6 Mei 2019.

Mereka menyebut menyembah Allah SWT yang dalam bahasa ali mereka disebut sebagai “Turiek A’rak na” atau Yang Maha Berkehendak.”

Pukul 12.00 Wita kami meninggalkan rumah adat Ammatoa dan sebelum beranjak pulang, kami disuguhi momen yang mengharukan. Seperti kebiasaan kami selalu mencium tangan orangtua sebelum meninggalkan rumah. Di rumah adat ini pun kami lakukan hal yang sama. Reaksi yang kami terima adalah, Ammatoa dan sitrinya, memeluk kami penuh rasa kasih sayang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *