MAKASSARCHANNEL, SUNGGUMINASA GOWA – Jamaah An Nadzir Gowa Salat IdulAdha besok, Minggu (16/6/2024).
Pimpinan Jemaah An Nadzir Gowa Ustadz Samiruddin Pademmui mengatakan, hal tersebut, Sabtu (15/6/2024).
“Akan lebaran besok setelah menetapkan 10 Dzulhijjah 1445 Hijriyah 2024 jatuh pada Minggu 16 Juni 2024,” kata Ustadz Samiruddin.
Ustadz Samiruddin menjelaskan jamaah An Nadzir memiliki metode dalam penentuan 1 Ramadan, 1 Syawal dan 10 Zulhijjah.
“Jamaah An Nadzir Gowa telah memutuskan dan menetapkan 10 Dzulhijjah 1445 H / 2024 M,” kata Ustadz Samiruddin.
Dia melanjutkan, “Pelaksanaan salat IdulAdha 1445 H / 2024 M jatuh, hari Ahad 16 Juni 2024 M.”
Metodologi Warisan Guru
Dalam hal memantau bulan, jamaah An-Nadzir memiliki metodologi yang diajarkan oleh guru dan imam.
Dipadukan dengan dukungan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi aplikasi. Ternyata datanya cukup akurat dan valid.
Berdasarkan hasil pemantauan bulan oleh Jamaah An Nadzir beberapa bulan terakhir ini.
Pertama, pemantauan bulan Dzuqaidah 1445 H bermula dengan mengamati tiga purnama 14, 15, dan 16 Dzulqaidah 1445 H / 2024 M.
Itu secara berurutan bertepatan dengan hari Rabu, Kamis, Jumat, tanggal 22, 23, 24 Mei 2024 M, sesuai dengan kriterianya masing-masing.
Kedua, setelah menetapkan tiga purnama Dzulqaidah 1445 H, seterusnya menghitung perjalanan bulan.
“Maka didapatkan 27, 28, dan 29 Dzulqaidah 1445 H, bertepatan dengan Selasa, Rabu, Kamis, tanggal 4, 5, 6 Juni 2024, sambil memerhatikan jam terbitnya bulan di ufuk timur. Baik saat fajar kazib, fajar siddiq dan pagi hari.”
Teknologi Aplikasi
“Termasuk melihat bayangan bulan bersusun dengan menggunakan kain tipis hitam, sambil memadukan dengan ilmu dan teknologi aplikasi,” kata Ustadz Samiruddin.
Ketiga, berdasarkan pengamatan bulan yang dilakukan jamaah An Nadzir pada subuh hari Selasa 4 Juni 2024, bulan terbit jam 03.38 Wita dan nampak bulan bersusun tiga.
Artinya, bulan Dzulqaidah masih terbit dua kali lagi di Timur yakni pada hari Rabu dan Kamis tanggal 5 dan 6 Juni 2024.
Hal ini sesuai dengan aplikasi dimana pada hari Rabu 5 Juni 2024 bulan terbit jam 04.34 Wita dan pada hari Kamis 6 Juni 2024 bulan terbit jam 05.33 Wita dan perjalanannya masih sampai full ke ufuk Barat tenggelam jam 17.40 Wita.
Keempat, terjadinya pergantian bulan atau kongjungsi atau ijtima atau new moon dari bulan Dzulqaidah ke Dzulhijjah 1445 H, terjadi sekitar jam 20.40 Wita yang secara sunnatullah juga akan diikuti oleh fenomena alam.
Pasang Puncak
Fenomena alam seperti adanya hujan, angin kencang, petir dan pasang puncak (kondak) air laut pada tempat atau wilayah tertentu.
Dan pada hari Jumat 7 Juni 2024, di ufuk timur, matahari sudah duluan terbit dari pada bulan.
Kelima, perlu dipahami bahwa selama bulan masih duluan terbit di ufuk timur dari pada matahari.
Itu artinya masih bulan tua yang sudah sulit dilihat secara kasat mata. Namun sebaliknya jika matahari sudah duluan terbit di ufuk timur daripada bulan, maka yakinlah bahwa itu sudah bulan baru atau hilal yang sulit dilihat secara kasat mata.
Ustadz Samiruddin melanjutkan, sebaliknya di ufuk barat, manakala bulan lebih duluan tenggelam daripada matahari.
Artinya masih bulan tua, namun jika di ufuk Barat matahari sudah duluan tenggelam daripada bulan.
Maka itu berarti sudah bulan baru atau hilal, bisa nampak di atas ufuk dan bisa juga tidak nampak karena terbit di bawah ufuk dimana tempat kita berdomisili.
Konjungsi
Untuk bulan Dzulqaidah 1445 H sekarang ini, pergantian bulan atau Kongjungsi atau Ijtima dan new moon terjadi sekitar jam 20.40 Wita.
Hari raya Iduladha 2024 ditetapkan jatuh pada Senin 17 Juni mendatang. Penetapan hari raya itu diumumkan secara resmi oleh Pemerintah Indonesia, Jumat (7/6/2024).
Melalui sidang isbat Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1445 Hijriah pemerintah Indonesia melalui Kemenag sudah memutuskan.
“1 Dzulhijjah 1445 H jatuh pada hari Sabtu, 8 Juni 2024 dan Insya Allah Hari Raya jatuh pada Senin 17 Juni 2024,” keterangan Wakil Menteri Agama RI, Saiful Rahmat Dasuki.
Pemerintah menggelar sidang isbat menggunakan metode hisab dan rukyatul hilal.
Dalam konferensi pers, dijelaskan bahwa ketinggian hilal di Indonesia memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).
Pada tahun sebelumnya, terdapat perbedaan penetapan Hari Raya IdulAdha antara pemerintah dan Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Sebagai informasi, pemerintah Indonesia melalui Kemenag dan PP Muhammadiyah resmi menetapkan Hari Raya Idul Adha 1445 H serentak pada Senin 17 Juni 2024.
Berbeda dengan pelaksanaan Lebaran Haji Idul Adha 2024 di Arab Saudi yang jatuh pada Minggu 16 Juni 2024.
Menurut Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Agus Purwanto menuturkan perbedaan penetapan hari raya Idul Adha antara Indonesia dan Saudi Arabia bukanlah hal yang baru.
“Bahkan, ini bukan kali pertama terjadi, melainkan sudah sering terjadi,” ujarnya Jumat 7 Juni 2024, dikutip dari laman resmi Muhammadiyah.
Sehingga, seharusnya warga Muhammadiyah dan umat Islam di Indonesia tidak lagi merasa kaget dengan fenomena ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, pola perbedaan ini cukup bervariasi. Dua tahun berturut-turut sebelumnya, Idul Adha di Saudi Arabia bersamaan dengan Muhammadiyah tetapi mendahului Pemerintah Indonesia.
Sebelumnya lagi, IdulAdha di Saudi bersamaan dengan Pemerintah Indonesia sementara Muhammadiyah mendahului.
Namun, ada juga tahun di mana Muhammadiyah, Pemerintah, dan Saudi Arabia ber-Idul Adha pada hari yang sama.
Pada tahun 2024 ini, Idul Adha di Saudi Arabia mendahului Muhammadiyah dan Pemerintah Indonesia.
Muhammadiyah menetapkan tanggal 29 Dzulqa’dah 1445 H jatuh pada Kamis, 6 Juni 2024.
Namun, ketika maghrib tanggal 6 Juni 2024, konjungsi belum terjadi (konjungsi baru terjadi pada pukul 19:04 WIB), sehingga siklus bulan Dzulqa’dah belum berakhir.
Versi MABIMS
Dengan demikian, berdasarkan kriteria Wujudul Hilal, Dzulqa’dah disempurnakan menjadi 30 hari, dan 1 Dzulhijjah 1445 H jatuh pada Sabtu, 8 Juni 2024, sehingga Idul Adha pada Senin, 17 Juni 2024.
Sementara itu, Pemerintah Indonesia yang awal Zulqa’dahnya satu hari lebih lambat dari Muhammadiyah menetapkan tanggal 29 Dzulqa’dah 1445 H jatuh pada Jumat, 7 Juni 2024.
Ketika maghrib pada Jumat, 7 Juni 2024, konjungsi telah terjadi dan tinggi hilal mencapai 8 derajat 48 detik, memenuhi kriteria awal bulan versi MABIMS.
Maka, Sabtu, 8 Juni 2024 ditetapkan sebagai 1 Dzulhijjah 1445 H, dan IdulAdha pada Senin, 17 Juni 2024.
Di sisi lain, Saudi Arabia menetapkan awal Dzulqa’dah sama dengan Muhammadiyah, sehingga 29 Dzulqa’dah 1445 H juga jatuh pada Kamis, 6 Juni 2024.
Berdasarkan perhitungan di Stellarium untuk Jeddah, matahari terbenam pada pukul 19:00 Waktu Saudi atau 23:00 WIB dan tinggi hilal 1 derajat 58 detik.
Metode Hisab
Metode hisab Saudi yang mirip dengan Muhammadiyah menggunakan Wiladatul Hilal. Karena posisi hilal positif, maka Jumat, 7 Juni 2024 sudah masuk 1 Dzulhijjah 1445 H.
Terlebih lagi, diumumkan bahwa ada yang berhasil melihat hilal, sehingga lebih mantap menetapkan Jumat, 7 Juni 2024 sebagai awal zulhijjah, dan Idul Adha pada Minggu, 16 Juni 2024.
Perbedaan ini tentu saja akan berdampak pada perbedaan dalam pelaksanaan puasa Arafah dan wukuf di Arafah pada tanggal 9 Zulhijah.
Idealnya, puasa dan wukuf di Arafah dilakukan pada waktu yang bersamaan.
Adanya perbedaan ini semakin menegaskan pentingnya Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) yang memiliki prinsip satu hari untuk seluruh dunia, sehingga perbedaan puasa dan wukuf di Arafah tidak lagi terjadi.
Dengan adanya Kalender Hijriyah Global Tunggal, umat Islam di seluruh dunia dapat merayakan hari-hari besar Islam secara serempak.
Ini bukan hanya menyelaraskan waktu puasa dan wukuf, tetapi juga memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan di antara umat Islam di berbagai belahan dunia. ***