Community Gathering Dompet Dhuafa Di Maxone Hotel Makassar

MAKASSARCHANNEL, MAKASSAR – Dompet Dhuafa menggelar Community Gathering dengan sejumlah komunitas di TamanMaxone Hotel, Makassar, Sabtu (10/6/2023) sore.

Ramli Usman yang memandu acara memulai kegiatan bertajuk Satu Kurban Banyak Kebaikan itu dengan mendatangi beberapa meja mengajak peserta memperkenalkan diri, dilanjutkan perbincangan seputar Tebar Hewan Kurban.

Dua narasumber yang diundang ke panggung adalah; Guru Rawiyah (relawan) dan Dian (influenser). Hadir pula Wakil Ketua Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa Taufan dan Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Sulsel Rahmat. Mereka berbagi pengalaman dan dinamika mengantar daging kurban hingga ke pelosok negeri.

Wakil Ketua Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa Taufan mengatakan, kegiatan itu mulai dilakukan tahun 1994. Saat itu tim menebar daging 999 hewan kurban dan terus berlanjut hingga saat ini.

Sementara Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Sulsel Rahmat mengungkapkan, banyak daerah yang surplus daging, di sisi lain tidak sedikit pula daerah yang justru belum tersentuh pembagian daging hewan kurban.

Bahkan dia menyebut, ada daerah yang warganya belum pernah berkurban, khususnya di wilayah yang banyak warganya masuk kategori pra sejahtera. Termasuk di wilayah Sulawesi Selatan.

Influencer Dian mengisahkan pengalamannya ketika mengantar daging hewan kurban ke salah satu pulau di Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan. Kala itu naik perahu yang juga memuat sapi untuk kurban.

Baca Juga :
Mudahkan Masyarakat Berkurban, Dompet Dhuafa Kolaboraksi HERO Supermarket

“Ikut tim THK tahun 2001 pernah ke pulau di Pangkep. Naik perahu dengan sapi dan kambing,” kata Dian tersenyum.

Tentang motivasinya ikut bergabung menjadi relawan THK, Dian mengatakan, dengan aktif sebagai volunteer, bisa mendatangkan rasa syukur dan membantu meningkatkan kemampuan mengontrol diri.

Sementara Guru Rawiyah yang mengaku berasal dari Camba, Kabupaten Bone tertarik menjadi relawan karena pengalamannya semasa kecil yang melihat dan merasakan hal sulit di lingkungannya. Sebagai guru, dia juga terlibat dalam program tebar zakat fitrah di sekolah.

Dia berkisah tentang perilaku salah seorang penerima manfaat hewan kurban yang dikunjunginya di salah satu desa di Kabupaten Pangkep. Penerima manfaat itu, sudah sebatang kara dan secara fisik tidak mampu lagi mencari nafkah karena usianya sudah di atas 60 tahun.

Ketika menerima hewan kurban, warga tersebut spontan memeluk daging tersebut dan mengatakan, bakal memanfaatkan daging itu untuk mabbaca-baca (membuat makanan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah. (bas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *