Buku satra yang di-launching bersama itu pada Talkshow ini bertema Budaya Literasi dan Literasi Budaya Sulawesi Selatan itu, sangat beragam. Boleh dikata lintas generasi, genre, gender, dan dari beragam profesi.
Pada karya puisi ada buku Goenawan Monoharto (Dansa Bersama Corona dan O Ammalek), Kembong Daeng (Perempuan Makassar), Nur Failia Majid (Serpihan Tak Tersisa), Syahril Patakaki Dg Nassa (Sanja Mangkasara: Attayang ri Masunggua), Tri Astoto Kodarie (Tarian Pembawa Angin), DianSi (Ibu Bumi Ayah Matahari), Mahasiswa Kedokteran UMI Kelas A (Antologi Puisi: Di Balik Jas Putih. Editor St. Rahmawati), serta karya murid-murid SDN Borong Makassar (Antologi Puisi, Perpustakaan Baru).
Berita Terkait :
Buku Puisi Murid SDN Borong Diserahkan Kepada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulsel
Ada buku pantun karya Ang Bang Tjiong, Asis Nojeng, Agnes Kwenang, Ang Heang Tek (Pantoen Melajoe Makassar), juga cerpen seperti karya Andi Wanua Tangke (Prajurit yang Nakal), I.R Makkatutu (Memeluk Retak) dan Muh. Amir Jaya (Seutas Tasbih dan Sajadah Misteri).
Buku lainnya adalah, cerita anak yang ditulis oleh Madia S. Nura (Sangiang Serri’ dan Kucing Penjaga Padi) dan Rahim Kallo (Serial Si Ojan), serta novel karya Yudhistira Sukatanya (Robert Wolter Mongisidi, Surat-surat dari Sel Maut), Idwar Anwar (Opu Daeng Risaju), Labbiri (Tusalama‘), dan Suradi Yasil (Cinta dan Kusta).
Semua buku yang diluncurkan itu didonasikan kepada Perpustakaan Desa Jenetallasa (Gowa) dan Rumah Cerdas (Maros), yang diserahkan langsung oleh Ajiep Padindang, didampingi oleh Yudhistira Sukatanya dan Goenawan Monoharto.
Selain monolog, acara ini juga diisi dengan pembacaan puisi oleh Muh Naafi Ramadhan, Komunitas Anak Pelangi (K-apel) dan sejumlah penyair. (har)