Pegiat Literasi di Makassar Diskusikan Mantra Cinta

Penulis buku Sehimpun Puisi Mantra Cinta, Rusdin Tompo, bercerita bahwa buku ini mengalami metamorfosis, dari semula berupa catatan-catatan di sembarang kertas, seperti sobekan kertas, bekas pembungkus nasi kuning, koran, aluminium foil rokok, kardus dan lainnya yang disimpan bertahun-tahun.

“Buku puisi ini ditulis dalam rentang waktu yang panjang, lebih 30 tahun,” kisah Rusdin tentang proses kreatifnya menulis puisi.

Baca Juga :
Ini Kesaksian Mantan Gubernur Palaguna Di Sidang Kasus Penyewaan Gedung PWI Sulsel

Puisi paling “tua”, ungkapnya, ditulis tahun 1984 (Dalam Maya) dan paling terakhir tahun 2016 (Cahya). Dari 125 puisi, 26 puisi di antaranya ditulis pada masa SMA (1984-1987). Ada 8 puisi ditulis pada masa mahasiswa (1988-1992).

Puisi-puisi dalam Mantra Cinta, lanjut pria yang lebih dikenal aktivis anak itu, berkisah tentang seluruh siklus cinta. Mulai dari seseorang yang masih jomblo, patah hati, cinta platonis, orang yang asyik masyuk dalam pacaran, cinta suami istri dalam pernikahan, hingga tragedi percintaan. Meski begitu, katanya, puisi yang ditulisnya tidak melulu soal cinta asmara tapi juga cinta dengan muatan kemanusiaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *