“Pertumbuhan ekonomi Makassar yang melambat, bahkan mundur dari periode sebelumnya, dimana pada 2013 mencapai puncak 9,56 persen. Tidak hanya itu, angka gini ratio tahun 2019 juga meningkat 0,013 dibanding tahun sebelumnya,” kata Deng Ical.
“Ini menunjukan, di Makassar semakin tinggi kesenjangan pendapatan masyarakat,” ungkapnya.
Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pun mengalami penurunan pada 2019 dibandingkan tahun 2018 di angka 0,64 poin.
“Jumlah pengangguran pada tahun 2013 di bawah 10 persen. Namun tahun 2019, Kota Makassar urutan pertama dalam hal pengangguran terbuka. Lalu besarnya jumlah guru SD/MI SMP/MTs belum bersertifikasi,” katanya.
Beita Terkait :
Deng Ical Pendaftar Pertama Calon Wali Kota Makassar di Gerindra
Dia juga menyinggung soal kemacetan dan bajir yang belum tertangani secara optimal. Begitu pula jaminan dan pelayanan kesehatan belum dimaksimalkan. Sampah dan perparkiran belum tertangani secara baik.
“Hubungan pemerintah, dunia usaha, media, perguruan tinggi, dan masyarakat belum menemukan clue (petunjuk) saa ini. Di masa pandemi Covid-19, ada sekitar 10 ribu lebih masyarakat kehilangan pekerjaannya,” katanya.
“Kesimpulan dari semua itu, Indeks Kota Layak Huni Makassar menempati peringkat terakhir dari 26 kota, pada 19 provinsi tahun 2017,” katanya.
Ia berharap, doa restu seluruh masyarakat Kota Makassar. Dilan dapat mengemban amanah menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar 2020. Survei selanjutnya, 2021 Makassar bisa naik peringkatnya. (wan)