Lurah Barrang Lompo, Kurniati, SP, memuji Siti Fatimah yang dinilai berminat besar memajukan perpustakaan. Padahal, insentif yang diterima pengelola perpustakan, sangat tidak cukup, hanya sebesar Rp15.000 per bulan.
Kemajuan teknologi diakui jadi tantangan bagi pengelola perpustakaan di sini. Maryam, pengelola taman baca, mengungkapkan, kadang perpustakaan sepi akibat anak-anak lebih dominan bermain HP. Pengunjung perpustakaannya biasanya berasal dari kalangan murid-murid TK hingga SMP.
Di SMA Barrang Lompo, Tim PULAu mendapat banyak informasi dari kepala sekolah, guru, dan tenaga pustakawan. Sekolah swasta yang bernaung di bawah Yayasan Ulul Al-Fikri ini, memiliki 20 guru yang mengajar di 6 kelas dengan 120-an siswa.
Berita Terkait :
Dinas Perpustakaan Takalar Kunjungi TBM Sahabat Alam Desa Paddinging
Endang Suprianty, Kepala SMA Barrang Lompo, yang juga Ketua Yayasan, mengaku koleksi perpustakaannya terbatas. Kebanyakan merupakan buku paket pelajaran. Mereka kekurangan buku-buku fiksi dan ilmu-ilmu praktis. Sehingga, siswa yang akan tamat, diminta secara suka rela menyumbang buku-buku fiksi, seperti novel.
Sekolah ini berdiri sudah 10 tahun tapi masih minim aktivitas pelatihan untuk penguatan gerakan literasi, termasuk pelatihan menulis. Kalaupun ada, hanya kegiatan melalui daring.
“Padahal minat membaca dan menulis itu perlu ditumbuhkan. Mungkin saja ada anak yang punya bakat tapi tidak ada ruang bagi mereka berkreasi dan berekapresi,” jelasnya.
Endang merasakan betul kendala jaringan internet, baik untuk pembelajaran maupun saat Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Belum lagi dukungan fasilitas listrik yang tidak menyala sehari penuh. Karena hanya mengandalkan genset dan panel surya.
Di akhir kunjungan, Endang menyerahkan 2 buku karya guru dan siswa SMA Barrang Lompo untuk menambah koleksi deposit DPK Sulsel, yang diterima Ketua Tim PULAu, Syahruddin Umar. (her)