MAKASSARCHANNEL, BULUKUMBA – Guru SDN 65 Balangriri, Kabupaten Bulukumba, Selvana Bada, mengatakan menjadi lebih percaya diri setelah ikut PGP (Program Guru Penggerak).
Selvana mengaku, sangat beruntung terpilih menjadi salah satu calon guru penggerak (CGP) melalui Program Guru Penggerak.
Alasannya, karena setelah menerima berbagai materi dan berinteraksi dengan sesama CGP, dia menyadari ada kekeliruan dalam mendidik.
“Terima kasih BBGP Sulsel, melalui program calon guru penggerak saya menjadi lebih percaya diri menjalankan tugas sebagai guru,” tutur Selvana, Sabtu (23/11/2024).
Pagi itu, Selvana bersama 101 calon guru penggerak lainnya, mengikuti lokakarya 5 CGP Program Guru Penggerak angkatan 11.
Pada Lokakarya yang berlangsung di SMAN 9 di Dannuang, Kabupaten Bulukumba itu, mereka didampingi 20 pengajar praktik (PP).
Empat Kali Ikut Seleksi
Selvana yang mengaku, lolos jadi CGP setelah empat kali mengikuti seleksi itu mengatakan, awal mengajar, sangat kaku menghadapi murid.
Dia mengaku, sebelum ikut PGP kadang tak bisa mengontrol emosi jika menghadapi beragam tingkah murid.
“Sebelumnya, saya kadang refleks memukul meja jika sedang marah, tetapi sekarang lagi,” kata Selvana tersenyum.
Dia mengaku lebih bisa mengontrol sosial emosional sejak mengikuti program guru penggerak. Ada perubahan sikap menghadapi murid.
Setelah mendapat banyak materi pelajaran selama ikut program CGP, sikap Selvana terhadap murid berubah menjadi lebih bersahabat.
Salah satu contoh perubahan sikap Selvana saat mengajar adalah lebih mampu mengendalikan diri ketika menghadapi murid.
Manfaat lain yang Selvana rasakan sebagai calon guru penggerak adalah, menjadi lebih bijak menghadapi beragam perilaku muridnya.
Selain itu, dia tidak lagi gelagapan jika menjelaskan sesuatu terhadap lawan bicaranya.
“Selama ini, saya sering gelapan dan kehilangan fokus kalau sedang berbicara dengan orang yang belum saya kenal. Tapi sekarang tidak lagi,” kata Selvana.
Besarnya manfaat program ini juga dirasakan salah seorang guru mata pelajaran Agama. Dia mengaku, baru tahu manfaat sesungguhnya bagaimana kolaborasi serta ATM (ambil, tiru dan modifikasi).
“Terima kasih BBGP, sangat banyak manfaat yang dapatkan selama kami menjadi calon guru penggerak,” tutur guru mata pelajaran Agama tersebut.
Umpan Balik
Selama lokakarya, peserta berdiskusi intens guna mendapatkan umpan balik untuk rencana tindak lanjut diskusi hasil aksi nyata B (buat pertanyaan) dan A (ambil pelajaran).
Beragam program aksi nyata yang dilakukan calon guru penggerak selama proses belajar selama lima bulan.
Di antaranya, MAEKI akronim dari Mahir Editing Konteng Edukatif. Ini karya guru SMK jurusan TKJ.
MAEKI dalam bahasa lokal (Makassar Konjo) adalah sebuah ajakan yang artinya mari atau ayo.
Ada juga GELISAH (gerakan literasi sekolah). Ini mereka buat sebagai kiat mengatasi peserta didik yang belum bisa membaca.
Dia mengaku, menjalankan program tersebut secara persuasif dengan melibatkan tim perpustakaan.
Program tersebut khusus untuk anak kelas hingga kelas satu hingga kelas tiga sekolah dasar.
Program MALAS
Ada pula program MALAS (manfaatkan lahan kosong). Program ini, terbanyak mendapat tanggapan dari peserta lokakarya.
Salah satunya menyarankan agar tidak menggunakan diksi MALAS karena bermakna kurang baik.
“Kalau tetap mau gunakan kata itu, dilengkapi saja menjadi MALAS DE,” katanya berseloroh yang disambut tawa peserta lain.
Selain di Bulukumba, Lokakarya 5 Program Guru Penggerak Angkatan 11 berlangsung juga di 13 kabupaten/ kota lainnya.
Yakni; Kabupaten Bantaeng, Barru, Enrekang Luwu Timur, Luwu Utara, Maros, Pangkajene Kepulauan, Sinjai, Soppeng, Wajo, Kota Palopo, Makassar, dan Parepare. (re)