Rusdin juga menjadikan puisi-puisinya sebagai bagian dari kampanye publik tentang hak-hak anak. Karena itu, dia suka berkolaborasi dengan berbagai kalangan, termasuk anak-anak. Sebagai movement, dia sangat mempertimbangkan momentum, metode, massa/ networking dan media dalam mempublikasikan karyanya.
Misalnya, saat peluncuran buku puisinya tahun lalu, dilakukan dalam rangka Hari Guru Nasional (HGN), dan Tiga Dekade Konvensi Hak Anak (KHA). Dia bersinergi dengan sejumlah seniman.
Baca Juga :
Kapolda Sulsel Jadi Narasumber Dialog Mubalig IMMIM
Hadir sebagai pembedah bukunya, kala itu, Yudhistira Sukatanya, seorang penulis dan sutradara teater. Sedangkan yang tampil membacakan puisi-puisinya adalah Maysir Yulanwar yang berkolaborasi dengan pasinrili’ Arif Rahman Daeng Rate. Juga ada Astrini Syamsuddin, pendongeng dan penari, yang diiringi petikan gitar dari Fahri, serta Emy Armiati Subhan, seorang guru sekolah dasar, yang pernah juara lomba toeng. Dia juga mengajak dua murid SD Negeri Borong, Lala dan Karina, tampil membacakan puisinya.
Rusdin menegaskan, literasi kepada anak-anak penting karena mereka dikepung oleh budaya digital yang tak selalu child friendly. Kegiatan literasi, merupakan bagian dari hak partisipasi, hak atas pendidikan, serta pemanfaatan waktu luang untuk kegiatan seni dan budaya. (har)