Prancis Kutuk Serangan Israel Terhadap Pekerjanya Di Gaza

MAKASSARCHANNEL, TEL AVIV – Pemerintah Prancis mengutuk serangan pasukan Israel di Rafah Gaza yang menyebabkan pekerja asal Prancis ikut terbunuh.

Insiden itu terjadi ketika diplomat terkemuka Prancis Catherine Colonna berada di Israel untuk meminta gencatan senjata dan perdamaian abadi.

Kementerian Eropa dan Luar Negeri Perancis mengutuk pemboman Israel terhadap sebuah bangunan tempat tinggal di Rafah yang menewaskan salah satu stafnya di wilayah yang sebelumnya dinyatakan sebagai zona aman.

“Prancis mengutuk pemboman terhadap bangunan tempat tinggal yang menyebabkan kematian banyak warga sipil lainnya. Kami menuntut agar semua pihak berwenang Israel menjelaskan kejadian pemboman ini, secepat mungkin,” kata Kementerian Luar Negeri Israel dalam sebuah pernyataan, hari Minggu (17/12/2023) waktu setempat.

Israel menghantam rumah tersebut, Rabu malam, menewaskan karyawan tersebut dan 10 orang lainnya yang selama ini berlindung bersama rekan kerja dan anggota keluarganya di lokasi pemukiman.

Pegawai tersebut telah bekerja dengan pemerintah Prancis di Gaza sejak tahun 2002, dan beberapa anggota keluarganya telah dievakuasi dari Gaza, kata kementerian tersebut, sambil menyampaikan belasungkawa.

Di Gaza, lebih dari 80 persen dari hampir 19.000 warga Palestina yang terbunuh adalah warga sipil. Serangan bom tanpa pandang bulu.

Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna mendesak gencatan senjata “segera dan tahan lama” dalam perang Gaza, menambahkan Paris “sangat prihatin” atas situasi di wilayah Palestina yang dilanda perang.

“Terlalu banyak warga sipil yang terbunuh,” kata Colonna saat memberikan sambutan di Tel Aviv bersama timpalannya dari Israel Eli Cohen, ketika Israel melanjutkan serangannya setelah serangan tanggal 7 Oktober yang telah meningkatkan ketegangan di seluruh wilayah.

Setidaknya 1.140 orang, sebagian besar warga sipil, tewas dalam serangan Hamas dan 240 orang ditawan. Lusinan dari mereka dibebaskan dengan imbalan tahanan Palestina sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata akhir bulan lalu.

Colonna juga berencana mencapai kesepakatan dengan rekannya dari Palestina Riyad al-Maliki di Tepi Barat yang diduduki selama perjalanannya.

Sesaat sebelum kedatangannya di Israel, Colonna mengutuk meningkatnya serangan pemukim Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki.

“Sayangnya, sejak 7 Oktober, beberapa pemukim, didorong oleh kebutaan ideologi mereka… telah melakukan kejahatan,” terhadap warga Palestina, katanya, seraya menambahkan bahwa para pemukim ini harus dihukum.

Lebih dari 290 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel atau pemukim Israel di Tepi Barat sejak 7 Oktober, menurut Kementerian Kesehatan wilayah tersebut. (ade)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *