MAKASSARCHANNEL, TEL AVIV – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu perintahkan militer serang Rafah, perbatasan di Jalur Gaza, Palestina.
Netanyahu mengumumkan perintah tersebut setelah menolak proposal gencatan senjata yang diajukan Hamas.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken yang sedang berkunjung ke Timur Tengah bersikeras masih melihat ruang untuk mencapai kesepakatan.
AFP melansir, Netanyahu mengatakan telah memerintahkan pasukan Israel bersiap beroperasi di kota Rafah. Kemenangan total atas Hamas tinggal beberapa bulan lagi.
Lobi Menlu AS
Sementara Blinken yang mendesak gencatan senjata mengatakan bahwa usulan Hamas setidaknya menawarkan kesempatan untuk melanjutkan negosiasi.
Blinken mengatakan, meski ada beberapa hal yang tidak dapat dimulai dalam tanggapan Hamas, tetap ada ruang untuk mencapai kesepakatan.
Di lain sisi, kekhawatiran meningkat terhadap ratusan ribu warga Palestina yang mencari perlindungan di Rafah di sepanjang perbatasan Mesir.
Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa serangan militer ke Kota Rafah akan meningkatkan mimpi buruk kemanusiaan.
Agresi Israel di Palestina telah memasuki bulan keempat sejak dimulai 7 Oktober lalu. Jumlah warga sipil di Gaza yang tewas juga semakin bertambah.
Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan korban tewas mencapai lebih dari 27.500 orang, di mana sebagian besar korban di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Berisiko Bencana
Amerika memperingatkan Israel bahwa serangan militer ke kota Rafah di Gaza selatan tanpa perencanaan yang tepat akan berisiko menjadi bencana.
Pasukan Israel, Kamis (8/2/2024) melancarkan serangan bom ke kota perbatasan selatan Rafah, tempat lebih dari separuh penduduk Gaza berlindung.
Serangan dilakukan di tengah upaya diplomat merundingkan gencatan senjata di Jalur Gaza dan PM Israel Benyamen Netanyahu menolak proposal Hamas.
Diplomasi dipimpin Washington untuk meredam senjata, delegasi Hamas dipimpin pejabat senior Khalil Al-Hayya tiba di Kairo untuk membicaraan gencatan senjata dengan mediator Mesir dan Qatar.
Netanyahu mengatakan, persyaratan yang diusulkan oleh Hamas untuk gencatan senjata dalam perang yang telah berlangsung selama empat bulan itu adalah “khayalan”.
Ia berjanji untuk terus berjuang, dengan mengatakan kemenangan sudah di depan mata dan hanya berjarak beberapa bulan lagi.
Warga Sipil
Warga Gaza sangat berharap gencatan senjata dicapai pada waktunya untuk mencegah ancaman serangan Israel terhadap Rafah.
Kota ini terletak dekat dengan pagar perbatasan selatan Gaza, yang sekarang menjadi rumah bagi lebih dari satu juta orang, banyak dari mereka berada di tenda-tenda darurat.
“Operasi Israel di Rafah tanpa mempertimbangkan penderitaan warga sipil akan menjadi bencana. Kami tidak akan mendukungnya,” kata juru bicara Gedung Putih John Kirby dilansir dari Reuters.
Pesawat-pesawat Israel mengebom beberapa bagian kota pada Kamis (8/2) pagi, kata penduduk, menewaskan sedikitnya 11 orang dalam serangan terhadap dua rumah.
Tank-tank juga menembaki beberapa daerah di Rafah timur, meningkatkan ketakutan warga akan serangan darat yang akan terjadi.
Badan Bantuan
Badan bantuan telah memperingatkan bencana kemanusiaan jika Israel menindaklanjuti ancamannya memasuki Rafah.
Ini salah satu wilayah terakhir di Jalur Gaza yang belum dimasuki pasukannya, di mana orang-orang sangat membutuhkan perlindungan.
“Kami tinggal di tempat yang diperuntukkan bagi hewan,” kata Umm Mahdi Hanoon, sambil berdiri di antara kandang kandang ayam tempat keluarganya kini tinggal bersama empat keluarga lainnya.
“Bayangkan seorang anak tidur di kandang ayam… terkadang kita berharap pagi tidak datang.” (bas)