Menteri Keamanan Israel Kritik Militer

MAKASSARCHANNEL, TEL AVIV – Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir mengkritik militer terkait rencana penarikan pasukan negara zionis dari Jalur Gaza Palestina.

Ben Gvir mengkritik rencana militer menarik pasukan dari Gaza karena dapat membahayakan keamanan nasional Israel.

“Serangan roket yang diluncurkan dari Gaza ke wilayah utara Israel pada Selasa pagi membuktikan bahwa menduduki Jalur Gaza diperlukan demi mewujudkan tujuan tempur,” kata Ben Gvir, Selasa (16/1/2024) waktu setempat.

Kritikan Ben Gvir menanggapi keputusan militer Israel dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant bahwa divisi ke-36 Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang terdiri dari armada lapis baja, teknik, dan infanteri, akan ditarik dari Jalur Gaza setelah 80 ikut hari melancarkan agresi.

Menhan Gallant juga mengatakan tahap manuver intensif serangan militer Israel di utara dan selatan Gaza akan segera berakhir. Meski begitu, agresi Israel masih akan terus berlangsung dengan tingkat yang tidak se-intensif saat ini.

“Militer Israel berupaya memberangus pos-pos perlawanan di Gaza utara. Kami akan mencapai ini melalui serangan, serangan udara, operasi khusus dan kegiatan tambahan,” ujar Gallant seperti dikutip CNN.

Divisi Ke-36 Tarik Diri

Sementara itu, seorang juru bicara IDF mengatakan bahwa divisi ke-36 menarik diri dari Gaza sebagai periode penyegaran dan pelatihan.

“Pada akhir periode, dan berdasarkan penilaian situasi, akan diputuskan kelanjutan aktivitas operasional pasukan divisi sesuai dengan kebutuhan operasional,” tambah juru bicara tersebut.

Perbedaan pendapat antara Ben Gvir dan militer ini makin menguatkan bukti perpecahan di kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Menteri-menteri kabinet Netanyahu mulai terbelah dan saling sikut dalam menangani agresi di Gaza ini. Bahkan, posisi sang Perdana Menteri mulai terancam seiring protes yang terus pecah di banyak tempat.

Netanyahu Cekcok Menhan Gallant

Dalam rapat kabinet Sabtu (13/1/2024), Gallant cekcok dengan Netanyahu karena tak diizinkan membawa sejumlah penasihat dan asistennya, termasuk kepala staf kementerian keamanan, Shachar Katz.

Padahal, Netanyahu dan pejabat lainnya membawa asisten dan penasihatnya. Sejumlah menteri kabinet dan pejabat militer juga sempat saling berteriak dalam rapat kabinet keamanan baru-baru ini.

Perpecahan di kabinet ini berlangsung kala Israel masih melancarkan agresi brutalnya ke Palestina sejak perang dengan Hamas pada 7 Oktober lalu. Per Rabu (17/1/2024), korban tewas imbas agresi Israel ke Palestina telah mencapai lebih dari 24 ribu orang. (bas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *