Setiba di Indonesia tahun 1973 atas panggilan Presiden Soeharto, tahun 1974, Baharuddin Jusuf Habibie terbang ke Universitas Hasanuddin Ujungpandang. Kebetulan, seorang temannya yang biasa dia sapa Ahmad baru saja memimpin Unhas menggantikan Prof Dr Abd Hafid. Yang dimaksud adalah Prof Dr Ahmad Amiruddin.
Drs Sadly AD, Sekretaris Rektor Unhas kala itu, menerima dua orang laki-laki tamunya. Seorang bertubuh pendek, mengenakan topi bundar. Seorang lainnya, bertubuh tinggi. Sadly mempersilakan kedua tamunya duduk di ruang tamu di depan meja kerjanya.
“Ada Mas Ahmad?,” tiba-tiba saja pria yang bertubuh pendek mendekat ke meja Sekretaris Rektor dan bertanya. Pertanyaan ini sempat membuat Sadly sejenak bingung.
“Mas Ahmad?,” tanyanya ke Pak Saldy, ya jelas dengan menyisakan tanda tanya.
“Ya, Mas Ahmad Amiruddin,” sambung pria bertubuh pendek dan masih tetap mengenakan topi bundar.
“Oh..ya..ya..Pak Rektor. Beliau sedang mengikuti Rapat Senat,” sahut Sadly.
“Oh, iya ini kartu nama saya, kasih lihat,” sang tamu itu menyerahkan selembar kartu nama.
Sadly yang menerima dan memperhatikan kartu nama itu, baru maklum siapa sebenarnya tamu yang sempat membingungkannya dengan pertanyaan “Ada Mas Ahmad” tadi.
Baca Juga :
Bupati Syamsari Usulkan Penggantian Kadis Dukcapil Takalar Sehari Setelah Dikembalikan Ke Jabatannya
Sadly menghilang dari ruang kerjanya, menuju Ruang Senat Unhas, 10 meter ke sebelah utara kantornya.
Melihat Sadly muncul di pintu, Pak Amiruddin yang sedang berbicara sempat sejenak mengalihkan perhatiannya ke pintu ruang senat yang terletak garis lurus dengan kursi yang ditempati Rektor Unhas.
Sadly berjalan mengitari setengah dari jejeran kursi yang berbentuk bulat telur, menuju ke kursi yang ditempati Pak Amir.
“Ini, Pak. Ada yang menunggu Bapak di luar,” bisik Sadly sembari menyodorkan selembar kartu nama.
Begitu melihat kartu nama, Pak Amiruddin langsung meminta Prof Andi Zainal Abidin Farid memimpin dan melanjutkan rapat senat.
Pak Amiruddin meninggalkan ruang senat, diikuti Pak Sadly di belakangnya. Begitu bertemu, Pak Amiruddin dan sang tamu saling berpelukan akrab lalu mengajaknya ke ruang kerja Rektor Unhas.
Di ruang kerjanya, Saldy mendengar suara orang terkekeh-kekeh dari dalam ruang kerja Rektor Unhas.