MAKASSARCHANNEL.COM – Buku adalah kenangan terbaik menyimpan sebuah pembelajaran bagi guru. Apalagi buku dan guru sulit dipisahkan. Menyebut guru, kita akan diingatkan pada buku-buku pelajaran, bacaan aktivitas pembelajaran yang terkait dengan buku. Menyebut buku, kita akan diingatkan pada pengalaman belajar di sekolah, yang lagi-lagi tak bisa lepas dari buku.
Buku tak hanya berisi rumus dan teori, tapi juga menyimpan catatan, perasaan dan kisah-kisah sarat pembelajaran dan inspirasi. Sayangnya, masih kurang kita temukan kisah-kisah hidup para guru yang ditulis oleh guru itu sendiri. Meski telah banyak gerakan literasi yang memotivasi guru untuk menulis, selalu saja tak mudah untuk memulainya. Padahal kisah para guru, apalagi selama masa pandemi Covid-19, penuh warna dan dinamika.
Itulah mengapa, Kepala SD Negeri Kompleks Sambung Jawa, Fahmawati, S.Pd, terus mendorong gurunya agar berani menuangkan pikiran, perasaan, dan gagasannya dalam bentuk buku. Walaupun dia pun masih berproses bersama guru-gurunya itu agar bisa menelurkan buku.
Fahmawati mengemukakan hal itu di sela-sela Pelatihan Menulis, yang diadakan di sekolahnya, di Jalan Baji Gau, Makassar, belum lama ini.
Pelatihan dengan peserta guru-guru dari sekolah yang namanya biasa disingkat KoSamJa itu, keluarannya nanti berupa buku. Pelatihan ini menghadirkan Rusdin Tompo, sebagai narasumber sekaligus akan menjadi editor bukunya.
“Jadi nanti guru-guru kami akan menulis pengalamannya memberikan pembelajaran secara daring selama pandemi Covid-19,” kata Fahmawati melalui rilis yang diterima media ini, Minggu (19/7/2020).
Berita Terkait :
Pojok Baca, Solusi Tingkatkan Minat Baca di SDN Kompleks Sambung Jawa
Dikatakan, tulisan dari para guru melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) itu akan dikumpul jadi satu bunga rampai. Ada banyak kisah dan cerita yang menunjukkan dedikasi para guru sebagai pendidik.
Pada saat pelatihan, Rusdin Tompo, yang merupakan penulis dan editor buku lebih banyak berbagi pengalaman dan memberi kiat praktis. Ia juga memberi motivasi agar guru tak ragu menulis, termasuk menulis buku. Ia meyakini ada banyak pengalaman, pembelajaran dan pandangan-pandangan guru yang sangat layak ditulis dan dibukukan.
Sri wahyuningsih Naim, S.Pd dalam sesi tanya jawab menanyakan, bagaimana kalau tulisannya baru sedikit ditulis dan kemudian tersimpan begitu saja.