Katanya, “Digitalisasi layanan perpustakaan itu berarti koleksi buku kita harus bisa diakses. Bukan hanya oleh murid-murid sekolah di SDN Borong tapi juga anak-anak dari sekolah lain, bahkan oleh masyarakat luas.”
Syarat untuk digitalisasi perpustakaan, harus ada aplikasi, buku-buku yang dialihmediakan hak ciptanya sudah dibeli pemerintah. Pengelola sistemnya juga harus rajin meng-update agar koleksi bahan pustaka terawat baik. Untuk buku online, perlu dibuatkan abstraknya terlebih dulu, dibikinkan garis besarnya agar orang mau membaca sekilas tentang buku itu sebelum membaca utuh bukunya.
Berita Terkait :
Buku Puisi Murid SDN Borong Diserahkan Kepada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulsel
Berkaitan kendala keterbatasan koleksi bacaan, tips dan solusinya bisa melalui sistem droping atau peminjaman buku. Misalnya, buku-buku dengan tema dan judul-judul tertentu dititip di perpustakaan SDN Borong, nanti pada waktu tertentu dijemput lagi, setelah dibaca oleh anak-anak atau warga sekolah yang lain.
Bisa juga penambahan koleksi perpustakaan melalui gerakan wakaf buku, bantuan CSR atau sumbangan dari relawan literasi.
Hadir dalam pertemuan terbatas yang dikemas sederhana karena situasi pandemi Covid-19 itu, Bu Feby, Kasi Layanan Perpustakaan DPK Sulsel, Bu Nisfu, dan Bu Cory dari DPK Provinsi Sulsel, juga Rusdin Tompo, aktivis anak, dan Sapar, pustakawan SDN Borong.
Di hadapan murid-murid, Bu Nisfu mendongeng dengan judul Corona. Usai mendongeng, dia berpesan agar rajin membaca supaya punya banyak bahan untuk diceritakan. Sementara Sapar mengajarkan anak mengakses website sekolah yang linknya ke layanan perpustakaan.
Anak-anak yang hadir mengaku suka membaca, seperti Muh Nur Ardiansyah kelas 5, yang suka membaca buku tentang panjat tebing. Sedangkan Rizqullah, kelas 4, yang hobi melukis, biasa baca buku tematik tentang menghemat air. Begitupun dengan Amanda Agnesia, kelas 5, yang tertarik baca puisi, selama belajar di rumah saja. (har)