MAKASSARCHANNEL, MAKASSAR – Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Jurnalistik Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang berlangsung dua hari berakhir, Sabtu (23/9/2023) sore.
Diklat bertema Memahami Kerja Kerja Wartawan itu ditutup oleh Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PSI Kota Makassar Israel Rante Lebang ST. Di hari kedua pelatihan ini, hadir sebagai pemateri Tokoh Pers Sulawesi Selatan versi Dewan Pers Dr Muh Dahlan Abubakar MHum.
Ketua DPD PSI Kota Makassar Israel Rante Lebang ketika menutup acara tersebut, mengapresiasi antusiasme peserta diklat mengikuti pelatihan yang pesertanya bukan hanya bacaleg dan kader PSI, tetapi juga sejumlah wartawan yang selama ini aktif meliput kegiatan PSI Kota Makassar.
“Tolong digagas lagi kegiatan level 2, sekaligus menyiapkan pelatihan pelatihan level berikutnya. Semuanya dilakukan secara gratis,” kata Israel sembari melirik penanggung jawab kegiatan yang juga Ketua Bidang Media DPD PSI Makassar James Wehantouw.
Israel mengatakan, diklat itu bukan hanya ajang untuk melihat kerja-kerja para jurnalis, melainkan juga merupakan kesempatan bagi peserta memperoleh ilmu yang diberikan oleh pemateri.
Dia juga mengapresiasi hasil penilaian tugas peserta terbaik yang terpilih berdasarkan kesalahan yang minimal. Ini penting, kalau setiap hari kita mampu meminimalisasi kesalahan-kesalahan yang terjadi.
Ketua DPD PSI Kota Makassar itu mengakui, diklat tahap pertama ini semula dibatasi hanya untuk 25 peserta, mengingat tempat yang sangat terbatas. Namun diperluas setelah melihat minat calon peserta hingga jumlahnya dua kali lipat lebih.
“Kita tidak boleh membatasi orang untuk memperoleh banyak ilmu,” ujar Israel.
Kegiatan yang digagas Ketua Bidang Media DPD PSI Makassar James Wehantouw itu sesuai tagline PSI, Hadir Kerja Untuk Rakyat.
“Apalagi saya lihat sudah ada bakat. Kepada yang menjadi peserta terbaik tadi, tolong nomor teleponnya. Hadiahnya saya mau tambah,” ujar Israel disambut tepuk tangan peserta.
Kegiatan DPD PSI Kota Makassar itu, menurut Israel merupakan wujud kepedulian partai yang dipimpinnya ‘hadir untuk semua’. Teman-teman ini sebelum terpilih saja sudah berbuat untuk banyak orang. Apatah lagi jika kelak terpilih tentu kegiatan seperti ini akan lebih ditingkatkan lagi.
“Saya menilai dalam dua hari kegiatan ini sangat berhasil. Untuk itu saya memberi apresiasi atas kerja panitia,” kunci Israel Rante Lebang.
Sebelum pentupan, Wartawan Utama yang juga Tokoh Pers versi Dewan Pers, Dahlan Abubakar membawakan materi teknik wawancara dilanjutkan praktik wawancara dan membuat berita.
Ia mengatakan, wawancara merupakan salah satu aktivitas yang harus dilakukan wartawan untuk memperoleh informasi dan melakukan konfirmasi yang akan menjadi bahan baku pemberitaan.
“Oleh sebab itu, sebelum melakukan kegiatan wawancara, Anda harus memastikan diri dalam keadaan sehat. Jangan sampai Anda kurang sehat dan tiba-tiba pingsan saat melaksanakan wawancara. Itu akan menjadi malapetaka dan juga menjadi berita yang luar biasa. Wartawan pingsan ketika melakukan wawancara,” ujar Sekretaris PWI Sulsel periode 1988-1993 itu yang disambut gelak tertawa peserta.
Dahlan Abubakar yang telah menulis puluhan buku itu mengingatkan peserta diklat yang kebanyakan dari media daring, agar menaati Kode Etik Jurnalistik, terutama pasal yang berkaitan dengan keberimbangan berita. Ketika seorang wartawan mengabaikan konfirmasi, berarti dia sudah terkena offside, melanggar Kode Etik Jurnalistik (KEJ).
“Saya menduga, terjadinya tindakan kekerasan terhadap seorang oknum wartawan besar kemungkinan karena yang bersangkutan melakukan kesalahan,” katanya kemudian menambahkan, kalau ada pemberitaan seperti ini, wartawan penulis berita tidak pernah mengungkapkan alasan dan mengapa si oknum wartawan tersebut mendapat perlakuan kekerasan.
Kakek enam cucu ini mengatakan juga, “Jadi, kita sebagai wartawan harus juga mengintrospeksi diri agar terhindar dari tindak kekerasan seperti ini.”
Ayah dua anak ini juga menjelaskan, ketika terjadi penembakan hingga tewas terhadap salah seorang pemimpin redaksi salah satu media daring di Sumatera Utara, dia langsung mencari di internet berita-berita dari media yang dipimpin sang pemred media daring itu.
Dari lima berita kontrol yang dijadikan sampel secara acak, lanjut Dahlan, seluruhnya dimuat tanpa ada konfirmasi sama sekali. Dua di antara berita tersebut mengkritik oknum polisi. Bahkan satu di antaranya, media daring itu mendesak atasan pejabat tersebut agar memecat pejabat polisi tingkat Polres tersebut.
Mantan Kepala Humas Unhas selama 24 tahun itu menyebutkan, minat dan semangat para peserta selama penyajian materinya perlu diapresiasi. Ini terbukti dengan banyak peserta yang menyampaikan pertanyaan dan hendak mengetahui lika-liku pekerjaan seorang jurnalis.
“Wartawan itu bekerja meluruskan benang kusut. Ternyata kerja wartawan itu berat dan tidak mudah,” salah seorang perempuan berkomentar tentang profesi jurnalis.
Di bagian akhir pelatihan, peserta ditugaskan praktik wawancara dan menulis berita. Nara sumbernya sejumlah bacaleg yang hadir dalam pelatihan itu. Empat tulisan dengan kesalahan minim mendapat souvenir dari panitia. (bas)