TERAS depan rumah seluas tiga kali enam meter beralaskan karpet didominasi warna cokelat itu menjadi ruang kelas bagi sejumlah jurnalis. Kami lesehan berbagi cerita seputar dunia jurnalistik.
Sore itu, Sabtu (16/7/2022), Komunitas Anak Pelangi (K-Apel) memfasilitasi bincang media yang digagas oleh media online Nusantarachannel.co, di Pusat Pengembangan Potensi Masyarakat Komunitas Anak Pelangi di Jl Dg Tata III Lr Daeng Jakking, Makassar.
Sembari menunggu peserta diskusi yang sementara dalam perjalanan, beberapa kawan saling melempar joke. Mulai dari sindiran sementara puasa gegara penganan belum tersaji di meja berkaki pendek, hingga cerita lucu tentang mantan Wali Kota Makassar, HM Dg Patompo.
Tak lama kemudian, founder Komunitas Anak Pelangi, Rahman Rumaday, tiba-tiba nongol membawa nampan. Aroma kopi seduhan langsung menyebar. Ada kopi kenari, ada pula kopi rempah.
Selang beberapa menit aneka kua tradisional pun tersaji. Ada dadar gulung, putu mayang, dan roko-roko lame kayu. Tak ketinggalan sarabba khas. Suasana seperti itu sudah lumrah terjadi di kediaman Dg Nguntung dan Dg Memang.
Tonton Videonya :
https://www.youtube.com/watch?v=1Ve_mV2sH8c
Pasangan suami istri ini, merelakan rumahnya yang terletak hanya sepelemparan batu dari Kantor Lurah Parangtambung, Kecamata Tamalate, Kota Makassar itu dijadikan pusat kegiatan Komunitas Anak Pelangi.
Bincang media bertajuk Jurnalisme Warga bertema Menulis Berita Itu Mudah ini menghadirkan Direktur Pusdiklat JOIN Zulkarnain Hamson dan Pemimpin Redaksi media online makassarchannel.com M Rusdy Embas sebagai pembincang.
Belasan peserta, jurnalis dan anggota binaan Komunias Anak Pelangi, mengikuti perbincangan yang berlangsung sekira dua jam itu. Diawali lantunan ayat suci Alquran oleh Nurhaeny, anggota pengajian ibu-ibu K-Apel dengan sari tilawah dalam Bahasa Makassar oleh Fitri, anak binaan K-Apel.
Usai pembacaan ayat suci Alquran dilanjutkan pembacaan puisi berbahasa Indonesia oleh Suriati Tubi (Ketua pengajian K-Apel Lorong Daeng Jakking) puisi dalam Bahasa Makassar oleh Rahmatia.
Zulkarnain Hamson dalam paparannya mengatakan, kehadiran jurnalisme warga tak bisa dipandang enteng. Fakta menunjukkan, pengaruhnya yang sangat luar biasa sejak munculnya media sosial.
Dia mencontohkan, skandal Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton. Meskipun tidak jadi diimpeachment, namun publik AS percaya Sang Presiden melakukan kesalahan.
“Skandal presiden di Amerika Serikat terbongkar dari warga yang membuat laporan terkait skandalnya, namun kita juga harus berhati-hati menggunakan media sosial seperti Facebook. Karena di media sosial itu dapat membaca kecendrungan kita akan sesuatu,” katanya.
Dia juga mengatakan, “Apabila kita cenderung membuka berita terkait sesuatu, maka mesin pencari akan memberikan pilihan terkait kecenderungan pilihan kita biasanya. Jadi hati-hati Ki.”
Mantan Wakil Rektor di Universitas Indonesia Timur ini menguraikan perbedaan antara jurnalis dengan jurnalisme warga. Salah satunya, jurnalis itu merupakan pekerja media, sedangkan jurnalisme warga bukan pekerja media.
Pembincang kedua, Rusdy Embas, membahas kiat mudah menulis berita dan tetap bijak menggunakan diksi yang tepat agar agar yang dikritisi tetap merasa nyaman membaca beritanya.
Mantan Sekretaris Redaksi Tribun Timur itu mengatakan juga, kritikan yang dilakukan melalui tulisan, sebisa mungkin tetap menggunakan kalimat yang santun.
“Dan intinya, sebagai filter terbaik untuk tulisan kita adalah, setelah menulisnya jangan langsung diposting, tetapi baca ulang dan resapi apa dampak berita yang akan disiarkan itu. Singkatnya, menulislah dengan hati,” katanya.
Mantan Sekretaris Redaksi Tribun Timur itu mengatakan juga, kritikan yang dilakukan melalui tulisan, sebisa mungkin tetap menggunakan kalimat yang santun. Pilih diksi yang tepat agar yang dikritisi tetap merasa nyaman membaca beritanya.
Rusdy mengingatkan, juga agar jurnalis lebih bijak memilih narasumber yang akan diwawancarai, khususnya terkait berita kontrol.
“Hindari memilih atau memaksakan narasumber, hanya karena ingin menyesuaikan berita yang sudah didesain, karena itu bisa mengaburkan fakta yang sebenarnya,” kata Rusdy yang juga Pemimpin Perusahaan media online pedomanrakyat.co.id itu.
Di ujung perbincangan, tuan rumah acara yang juga founder Komunitas Anak Pelangi (K-Apel), Rahman Rumaday, mengaku sangat terkesan terhadap materi yang disampaikan pembincang.
“Tadi itu, daging semua Om. Serius ini, karena saya pernah mengadakan pelatihan jurnalistik dan materi yang dibawakan tidak seperti tadi,” kata Rahman beranalogi.
Bang Maman sapaan akrab Rahman Rumaday mengatakan juga, “Materi yang disampaikan kedua pemateri itu sangat mahal sekali bagi saya dan saya yakin semua peserta setuju karena hal-hal tadi baru semua bagi kami.”
Kendati memuji, Bang Maman mengaku, menyimpan kekecewaan karena masih banyak yang belum terungkap dari pemateri, khususnya teknis menulis berita yang baik.
“Cuma saya agak kecewa, karena waktunya sangat singkat dan belum mengajarkan langsung praktiknya. Tadi itu cuma teori, teknik penulisan belum disampaikan,” protesnya.
“Saya akan menagih ke penyelenggara agar membuat kelas khusus penulisan. Saya yakin, para peserta juga berpikiran sama dengan saya. Jadi harus ada kelas khusus ini, Om,” tegasnya.
Hal senada disampaikan Pelatih Tapak Suci Putra Muhammadiyah Cabang Parangtambung, Hermanto.
Pria berkacamata yang akrab disapa Kak Anto mengatakan, “Materi dan pematerinya keren, tapi tidak ada praktiknya bela. Paccei. Coba langsung praktek tadi, sempurna ki itu.”
Hadir dalam acara itu, Direktur Nusantarachannel.co Saniati, Sekretaris JOIN Sulsel Sudarman Djony, Komisaris KataDia Adnan Ahmad, Pelatih Tapak Suci Putra Muhammadiyah Cabang Parangtambung Hermanto, Ketua LBH Pekat IB Andi Akbar, dan beberapa mahasiswa.
*) M Rusdy Embas, Pemimpin Redaksi MAKASSARCHANNEL.COM