MAKASSARCHANNEL, NEW YORK – Gegara Amerika abstain Israel murka karena DK PBB mensahkan resolusi gencatan senjata di Jalur Gaza Palestina.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mensahkan resolusi gencatan senjata di Jalur Gaza Palestina, Senin (25/3/2024) waktu Amerika Serikat.
Ini merupakan resolusi pertama DK PBB terkait seruan gencatan senjata di Gaza yang lolos setelah AS berulang kali memveto draf resolusi serupa.
Dalam pemungutan suara DK PBB kali ini, AS memilih abstain sehingga draf resolusi lolos.
“Hal ini kemunduran yang jelas dari posisi konsisten AS,” bunyi pernyataan kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu seperti dikutip AFP.
Setujui Draf Resolusi
Sikap abstain AS ini menyebabkan 14 negara anggota DK PBB, baik anggota tetap maupun tidak tetap menyetujui resolusi tersebut.
Meski memilih abstain, AS menegaskan pihaknya tidak menyetujui resolusi DK PBB tersebut.
Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengatakan, resolusi terbaru tersebut mencakup perubahan yang Amerika inginkan.
Kendati demikian, Washington tidak dapat memberikan suara ya karena tidak setuju dengan semuanya.
Penghentian Perang
Dalam resolusi itu, DK PBB menuntut gencatan senjata segera selama bulan Ramadan yang sedang berlangsung.
Resolusi tersebut juga mendesak gencatan senjata yang mengarah pada penghentian perang yang abadi.
Keputusan itu juga menuntut Hamas segera membebaskan sandera yang masih ditahan.
DK PBB mensahkan resolusi tersebut ketika agresi brutal Israel ke Jalur Gaza sebentar lagi mencapai bulan ke-6.
Resolusi yang diajukan oleh 10 anggota tidak tetap DK PBB ini mengikat secara hukum dan menuntut gencatan senjata segera pada bulan Ramadan.
Termasuk pembebasan sandera segera dan tanpa syarat, serta kebutuhan mendesak untuk memperluas aliran bantuan ke Gaza.
Data menunjukkan, 32.333 lebih warga di Gaza tewas dan 74.694 lainnya luka imbas agresi brutal Israel sejak 7 Oktober lalu.
Penjelasan AS
Pemerintah AS memilih abstain dalam pemungutan suara draf resolusi gencatan senjata Gaza terbaru di DK PBB, Senin (25/3/2024).
Dubes AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mengatakan meski tak setuju dengan semua yang ada dalam resolusi, Washington menegaskan gencatan senjata harus dilakukan demi pembebasan semua sandera.
“Kami menghargai kesediaan anggota Dewan untuk melakukan beberapa perubahan dan menyempurnakan resolusi ini,” kata Thomas-Greenfield.
Hanya saja, perubahan penting tertentu diabaikan, termasuk permintaan menambah kecaman terhadap Hamas.
Mengutip AFP, Thomas-Greenfield mengatakan, “Kami tidak setuju dengan semua yang ada dalam resolusi ini.”
“Oleh karena itu, sayangnya kami tidak dapat memilih ya (setuju dengan resolusi),” ujar Thomas-Greenfield.
Hamas Tak Bisa Ngancam Lagi
Menurut Thomas-Greenfield, yang terpenting adalah gencatan senjata dan pembebasan sandera, lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan memberi peluang menghentikan perang berkelanjutan.
Penghentian perang berarti Hamas tidak dapat lagi mengancam Israel, tidak lagi mengulang peristiwa serangan seperti 7 Oktober lalu.
Tidak lagi menguasai Gaza serta tidak menggunakan warga sipil sebagai tameng.
“Resolusi ini dengan tepat mengakui bahwa, selama bulan Ramadan, kita harus berkomitmen kembali pada perdamaian,” ujar Thomas-Greenfield.
Hamas dapat menerima kesepakatan. Gencatan senjata segera berlaku dengan pembebasan sandera pertama. Ini satu-satunya jalan. (bas)