Abbatireng Antar Dosen Unismuh Makassar Tampil di Universitas Oxford

Bati merupakan kekerabatan Bugis Bone mengarah pada penurunan derajat darah berdasar keturunan (biologis). Berlaku azas bapak yang menentukan bati atau turunan geneologis yang dikenal dengan ungkapan ambek-e mappabati. Artinya, garis keturunan bapak menjadi penentu bati, penentu derajat darah keturunan, sedangkan derajat darah ibu berpengaruh sebagai pendukung.

Doktor antropoligi PPs-Unhas ini menuturkan juga bahwa wija yang dalam bahasa Bugis dikenal juga sebagai bija berarti, keturunan atau warisan akan tetapi lebih berkonotasi darah atau biologis.

Baca Juga :
Aspidum Kejati DKI Diduga Terima Suap Rp 200 Juta

Wija menjadi kata ampijangeng, dapat berarti fisik atau biologis yang istimewa dan merupakan warisan dari leluhur. Tetapi dapat pula diartikan sebagai pribadi atau kepribadian atau perilaku yang serba baik, yang dimiliki oleh seseorang yang dinilai sebagai warisan atau turunan leluhurnya.

Mantan Direktur PPs-STIK Tamalatea Makassar ini mengungkapkan juga bahwa tingginya prestasi bati na wija tidak mutlak menjadi manusia yang mulia bila tidak dibarengi sifat dan sikap bermartabat sesuai nilai-nilai agung yang terbentuk lebih dahulu dan dibina melalui pendidikan keluarga.

Bati na wija merupakan pengikat dalam sistem kekerabatan dan kelompok keluarga yang mendekatkan kefamilian (assiajingen) berguna untuk persatuan dan kekokohan masyarakat, tandas tutur Eliza. (her)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *