Diguyur Rp 35 Juta Per Bulan, Rujab Bupati Takalar Terlihat Angker

Belalang Tua
Iwan Fals

Belalang tua di ujung daun
Warnanya kuning kecokelat-cokelatan
Badannya bergoyang ditiup angin
Mulutnya terus saja mengunyah
Tak kenyang-kenyang

Sudut mata kananku tak sengaja
Melihat belalang tua yang rakus
Sambil menghisap dalam rokokku
Kutulis syair tentang hati yang khawatir
Sebab menyaksikan akhir dari kerakusan


Belalang tua yang tak kenyang-kenyan
Seperti sadar kuperhatikan
Ia berhenti mengunyah
Kepalanya mendongak ke atas
Matanya melotot melihatku tak senang
Kakinya mencengkeram daun
Empat di depan dua di belakang
Bergerigi tajam

Sungutnya masih gagah menusuk langit
Berfungsi sebagai radar
Belalang tua masih saja melihat marah ke arahku
Aku menjadi grogi dibuatnya
Aku tak tahu apa yang dipikirkan

Tiba-tiba angin berhenti mendesir
Daun pun berhenti bergoyang
Walau hampir habis daun tak jadi patah
Belalang yang serakah berhenti mengunyah

Kisah belalang tua di ujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang-kenyang
Kisah belalang tua di ujung daun
Yang kakinya berjumlah enam
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah

Belalang tua di ujung daun
Dengan tenang meninggalkan harta karun
Warnanya hijau kehitam-hitaman
Berserat berlendir
Bulat lonjong sebesar biji kapas

Angin yang berhenti mendesir
Digantikan hujan rintik-rintik
Aku yang menulis syair tentang hati yang khawatir
Tak tahu kapan kisah ini akan berakhir

Kisah belalang tua di ujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang-kenyang

Kisah belalang tua di ujung daun
Yang kakinya berjumlah enam
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah
.***

Dering ponsel membuat saya terjaga, Rabu (9/10/2019) siang itu. Ternyata telepon dari Ketua PWI Perwakilan Takalar, Maggarisi Saiyye Dg Nyau yang meminta segera merapat ke sekretariat organisasi pewarta itu di Jl Wolter Monginsidi 8 Takalar.

Selain Maggarisi Saiyye, ternyata di sekretariat sudah ada Sekretaris PWI Takalar Hasdar Sikki dan Kepala Biro Kesra PWI Suardi Kulle. Sebelum turun dari kendaraan, saya sudah diadang dua pertanyaan dari Sikki, “Dari mana ini? Kenapa kelihatan seperti baru bangun tudur”? Tanpa menoleh kepadanya, saya menjawab spontan “Lagi menjalani ritual tidur siang di atas hamparan karpet Masjid Agung usai salat Lohor.

Baca Juga :
Tabligh Akbar UAS di Belanda Dibatalkan

Setelah berbincang sejenak, Nyau, sapaan akrab ketua PWI Takalar mengajak naik mobilnya Ardi. Pun tidak bertanya, dalam rangka apa dan hendak kemana. Yang pasti mobil sudah melaju menuju arah Lapangan Makktang Dg Sibali, kemudian belok kiri ke Jl Kartini melewati Rujab (Rumah Jabatan) Bupati Takalar, terus menuju arah timur memotong Jl Jenderal Sudirman.

Ardi menghentikan mobil yang dikemudikan di depan Warkop Dotoro. Kami bergegas masuk dan memesan intel (indomi telur) dan kopsus (kopi susu) kemudian menuju meja paling Utara. Di situ, sudah ada dua tamu yang ternyata kenalan Nyau.

Saya sengaja memilih posisi duduk di sisi meja sebelah barat. Agak menjauh, karena tidak ingin lagu Belalang Tua yang dilantunkan Iwan Fals mengusik pembicaran teman-teman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *