MAKASSARCHANNEL, BAGHDAD – Di tengah meningkatnya konflik di Timur Tengah, Pasukan Garda Revolusi Iran menggempur Kurdi Irak, yang dicurigai jadi markas agen mata-mata Israel Mossad.
Serangan, Senin (15/1/2024 ) malam itu meningatkan eskalasi konflik di Timur Tengah kian memanas akibat agresi brutal Israel ke Jalur Gaza Palestina dan perangnya dengan Hamas sejak 7 Oktober lalu.
Selain serangkaian rudal ke wilayah otonomi Kurdistan Irak, negeri para mullah itu menggempur juga timur laut ibu kota Kurdistan, Erbil, dan melancarkan serangan udara ke sejumlah titik kelompok ISIS di negara tersebut.
Serangan Iran ke Erbil menghantam daerah dekat kantor konsulat Amerika Serikat. Namun, tidak ada fasilitas AS yang dilaporkan terkena gempuran Iran tersebut.
Miliarder Kurdi
Dewan keamanan pemerintah Kurdistan dalam sebuah pernyataan mengatakan, sedikitnya, empat warga sipil tewas dan enam lainya luka imbas serangan Iran di Erbil.
Miliader Kurdi sekaligus salah satu orang terkaya di Irak, Peshraw Dizayee, dan beberapa anggota keluarganya termasuk di antara korban tewas imbas serangan Iran ini.
Dizayee tewas ketika setidaknya satu roket menghantam rumah mereka, kata sumber keamanan dan medis Irak. Ia terkenal dekat dengan klan Barzani yang berkuasa di Irak. Ia memiliki bisnis proyek real estate besar di Kurdistan.
Selain itu, satu roket Iran juga jatuh di rumah seorang pejabat senior intelijen Kurdi dan satu lagi mengenai pusat intelijen Kurdi, kata sumber keamanan.
Markas Mossad
Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan serangannya ke Irak itu berhasil menerjang “markas intelijen” Israel Mossad.
Iran menuturkan serangan ke markas Mossad di Irak itu sebagai balasan atas kematian salah satu jenderalnya yang juga komandan pasukan IRGC, Sayyed Razi Mousavi, beberapa waktu lalu.
Mousavi tewas imbas serangan udara Israel di pinggiran Damaskus, Suriah.
“Sebagai tanggapan terhadap kekejaman rezim Zionis baru-baru ini, yang menyebabkan terbunuhnya komandan Garda dan Poros Perlawanan… salah satu markas utama spionase Mossad di wilayah Kurdistan Irak dihancurkan dengan rudal balistik,” kata IRGC dalam pernyataannya seperti dikutip Reuters.
Meski AS membantah Washington dan Israel terlibat serangan ke Suriah, Iran meyakini betul gempuran yang menewaskan Mousavi dan beberapa petinggi IRGC itu didalangi Tel Aviv.
Serangan ke Suriah itu berlangsung kala Israel terus menuduh Iran menyokong Hamas dan terlibat dalam serangan ke wilayahnya pada 7 Oktober lalu. Serangan Hamas itu mematik agresi brutal ke Jalur Gaza hingga hari ini.
“Kami yakinkan Anda semua bahwa operasi militer IRGC akan terus berlanjut sampai titik darah terakhir para martir terbalaskan,” bunyi pernyataan militer Iran tersebut menambahkan.
Kelompok Teroris ISIS
Selain membalas serangan Israel, Iran menggempur sejumlah wilayah di Irak untuk memberangus sejumlah titik-titik kelompok teroris ISIS.
Gempuran terhadap ISIS ini dilakukan Iran sebagai balasan atas serangan bom yang menerjang perayaan empat tahun kematian Jenderal Qassem Soleimani di Kota Kerman. Dua ledakan itu menewaskan hampir 100 orang.
Sejak agresi Israel ke Jalur Gaza berlangsung, sejumlah milisi di Timur Tengah lainnya seperti Hizbullah di Lebanon hingga Houthi di Yaman turut melancarkan serangan terhadap Israel.
Iran yang mendukung Hamas dalam perangnya dengan Israel, menuduh Amerika Serikat mendukung apa yang mereka sebut sebagai kejahatan Israel di Gaza.
AS mengatakan dukungan terhadap agresi Israel, meski belakangan telah menyuarakan kekhawatiran mengenai jumlah warga sipil Palestina yang terbunuh semakin meningkat.
Iran memang sering melancarkan serangan ke wilayah Kurdistan utara Irak di masa lalu. Teheran menilai wilayah tersebut digunakan sebagai markas kelompok separatis Iran serta intelijen musuh bebuyutannya, Israel.
Baghdad telah mencoba mengatasi kekhawatiran Iran atas kelompok separatis di wilayah perbatasannya itu dengan merelokasi beberapa anggotanya sebagai bagian dari perjanjian keamanan yang dicapai dengan Teheran pada 2023. (bas)