MAKASSARCHANNEL, PATTALLASANG TAKALAR – Sebuah video berdurasi kurang dari dua menit di media sosial memperlihatkan perilaku oknum guru di SMAN 3 Takalar membully siswanya yang hanya anak petani.
Rekaman tersebut viral di group WhatsApp itu seorang guru pria sedang duduk di kursi dan di depannya seorang siswa berdiri. Tampak guru itu mengatakan sesuatu yang diduga bentuk bullying terhadap siswa.
“Kukira panglima bapak mu, ternyata petani ji,” ucap guru tersebut kepada siswanya.
Perkataan guru yang cenderung menganggap pekerjaan petani direspons oleh salah seorang siswi dengan mengatakan, “Astagfirullah. Ka petani pekerjaan tonji pak. Yang penting tawwa halal ji.”
“Sudah-sudah,” kata guru lelaki itu seolah batu menyadari kekeliruannya.
“Kenapa ki samakan petani,” kata siswi itu.
Sang guru mengatakan lagi, “Sudah-sudah.”
“Tidak bisa begitu pak. Ka ini temanku. Jangki bawa-bawa petani. Mentang-mentang kita guru di situ, baru kita bawa petani,” timpal siswi itu dengan nada suara meninggi.
Ketika salah bantah antara guru dengan murid terus berlangsung. Terlihat dalam video itu, siswa-siswi mulai marah karena temannya di-bullying sebagai anak petani.
Terlihat juga seorang siswa berdiri dan maju ke samping guru tersebut. Diikuti beberapa siswa lainnya. Mereka tampak memprotes pernyataan oknum guru tersebut.
Terdengar suara tangisan siswi dalam video tersebut di sela-sela perdebatan anatara siswa dan oknum guru itu. Oknum guru tersebut kemudian berdiri menenangkan siswa-siswinya.
Dalam video juga terdengar suara dari bangku siswa memukul meja. Hingga akhirnya, oknum guru dan beberapa siswa tampak keluar dari ruang kelas.
“Sudahmi sudah mi,” kata salah seorang dalam video tersebut.
“Di dalamki cerita pak,” kata siswa sembari mengajak gurunya kembali masuk ke dalam kelas.
Kemudian terlihat guru yang berada di depan pintu kelas kembali mengajak siswa-siswinya masuk ke dalam kelas.
Informasi yang dihimpun menunjukkan, perundungan yang dilakukan guru sang terhadap muridnya saat proses belajar-mengajar.
Kepala SMANegeri 3 Takalar, Ilham, membenarkan insiden tersebut. Dia mengetahuinya setelah ditelepon oleh wakasi kurikulum bahwa ada kejadian tersebut.
“Sehingga saat itu juga kami pangggil guru yang bersangkutan ke ruang kepala sekolah. Kami bersama sama dengan pengawas pembina sekolah dan wakasi kurikulum mewawancarai guru yang bersangkutan dan memberitahu apa yang dilakukan itu termasuk dalam perundungan atau bullying,” kata Ilham, Jumat (6/10/2023).
Ilham mengaku, setelah oknum guru itu menceritakan kronologisnya dan dia pun merasa bersalah.
Insiden itu menurut Ilham terjadi, Kamis (5/10/2023).
“Dia (oknum guru) merasah bersalah,” ucapnya.
Selain oknum guru, kepala sekolah juga memanggil empat orang siswa, dua laki-laki dan dua perempuan.
“Kami mewawancara (mereka siswa-siswi) bersama pengawas. Dan mereka menyampaikan suasana kebatinan mereka masih kurang nyaman, tapi setelah pendampingan selama sejam dan akhirnya mereka memaafkan gurunya. Tetapi mereka siswa-siswi meminta ke pihak sekolah, bukan lagi guru bersangkutan yang mengajar di kelasnya,” jelas Ilham. (bas)