Sementara Kepala Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Sulsel, Hasan Sijaya, mengatakan, pada abad 16 sampai 20 Masehi, aksara ini masih di jajaran Sulsel, namun penerapannya terbatas dalam kehidupan sehari-hari.
Hal yang menarik disini, lanjutnya, leluhur kita dulu, sebelum memberi pesan ke anak-cucunya, ketika ingin merantau, pesannya adalah jaga hartkat dan martabatmu, melalui pappasang aksara lontaraq.
Dewan Pengarah Panitia Festival Prof Nurhayati Rahman, menilai festival ini adalah sebuah gerakan budaya yang mesti didukung semua pihak.
Berita Terkait :
Tiga Pembicara Internasional Ikut Launching Virtual Festival Aksara Lontaraq 2020
“Ini sebuah momentum yang luar biasa. Selama berpuluh-puluh tahun kita baru bisa menggelar acara seperti ini lagi,” kata peneliti naskah kuno I LagaLigo ini.
Ketua DPRD Sulsel Andi Ina Kartika Sari menyambut baik kegiatan ini dan berjanji akan bekerjasama dan membantu panitia dan masyarakat untuk menjadikan aksara Lontaraq sebagai bagian dari kelembagaan pemerintah.
“Kita merespon baik gagasan ini. Insya Allah saya dan DPRD Sulsel siap berkontribusi dan bekerjasama,” katanya.