41.785 Anak Stunting Di Sulsel

Pj Gubernur Sulawesi Selatan, Prof Zudan Arif Fakrulloh mengatakan, hingga saat ini ada 41.785 anak stunting di Sulsel dan memantau Posyandu

MAKASSARCHANNEL, MAKASSAR – Pj Gubernur Sulawesi Selatan, Prof Zudan Arif Fakrulloh mengatakan, hingga saat ini ada 41.785 anak stunting di Sulsel.

Terkait data itu, Prof Zudan menginstruksikan Dinas Kesehatan kabupaten/ kota serta Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa aktif memantau Posyandu dan Puskesmas.

“Tolong dinas kesehatan kabupaten/ kota aktif memantau posyandu setiap minggu, sehingga hasil kita bisa tampak,” tegasnya di Four Points Hotel, Makassar, Jumat (1/11/2024).

Prof Zudan menekankan pentingnya perhatian pemerintah terhadap semua anak. Serta perlunya menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung perbaikan gizi.

Harus Turun Lapangan

Ia juga menegaskan bahwa pemerintah harus turun ke lapangan dan tidak hanya mengolah data dari ruang kerja agar 41.785 Anak stunting di Sulsel itu berkurang.

“Cek di Posyandu, apakah alat ukur antropometri masih akurat. Pastikan petugas yang menimbang anak juga melakukan tugasnya dengan baik” ujar Prof Zudan.

Menurut Prof Zudan, setiap anak berhak mendapatkan gizi yang seimbang untuk tumbuh kembang yang optimal.

“Jangan sampai ada anak stunting yang tidak tertangani. Angka tinggi tidak masalah, asalkan kita tahu cara menanganinya,” tutup Prof. Zudan.

Survei SKI

Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Sulsel meningkat dari 27,2 persen menjadi 27,4 persen pada 2023.

Itu lebih tinggi dibandingkan angka nasional yang hanya 21,5 persen. Padahal, target nasional untuk prevalensi stunting tahun 2024 adalah 14 persen.

Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Ishaq Iskandar, mengidentifikasi beberapa tantangan utama dalam upaya pengentasan stunting, termasuk akses dan kualitas gizi, pendidikan dan kesadaran masyarakat, serta infrastruktur kesehatan dan kondisi sosial-ekonomi.

Angka balita underweight mencapai 21,7 persen, dan wasting berada di angka 8,3 persen.

Kurang Energi Kronik

Sementara ibu hamil mengalami Kurang Energi Kronik (KEK) mencapai 10,9 persen. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga tinggi, mencapai 6,48 persen.

Untuk mengatasi masalah ini, Dinas Kesehatan Sulsel tengah melaksanakan program Pappadeceng Gizi, yang merupakan inovasi layanan intervensi dan pendampingan gizi.

Program ini menyasar ibu hamil, bayi, dan anak di bawah dua tahun, serta kelompok 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Terdapat 120 desa dengan angka stunting dan wasting tertinggi yang menjadi lokasi program ini di 24 kabupaten/kota. (ade)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *